Oleh: Pdt. Andreas Loanka
Markus 11:15-19
Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya tiba di Yerusalem dan masuk ke Bait Allah. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak membolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman bait Allah (Mrk. 11:15-16).
Mengapa Tuhan Yesus mengusir para pedagang dan penukar uang? Alasan pertama, Bait Allah yang seharusnya menjadi rumah doa dan tempat orang beribadah kepada Allah sudah berubah menjadi pasar tempat orang berjualan.
Alasan kedua, penjualan hewan kurban dan penukaran uang di Bait Allah itu bukanlah membantu, melainkan memeras orang-orang yang hendak berkurban dan memberi persembahan. Harga hewan kurban di Bait Allah jauh lebih mahal dari harga di pasar. Bahkan ada persekongkolan dengan petugas Bait Allah untuk menyuruh orang-orang yang sudah membawa hewan kurban dari rumah untuk menukarkannya dengan penjual di Bait Allah dengan alasan memiliki kecacatan sehingga tidak layak dijadikan kurban. Penukaran uang untuk persembahan juga menjadi alat pemerasan. Dalam hidup sehari-hari rakyat menggunakan uang Romawi yang bergambar dewa-dewi atau kaisar, sehingga dianggap tidak dapat dijadikan uang uang persembahan ataupun untuk membayar bea Bait Allah. Mereka harus menukarkannya dengan uang khusus di halaman Bait Allah dengan kurs yang sangat tinggi. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu telah menjadikannya sarang penyamun!” (Mrk. 11:17)
Umat Allah pada masa kini diingatkan untuk memelihara kekudusan Bait Allah, bukan hanya dalam pengertian Gereja, tetapi tubuhnya sendiri (1Kor. 6:19). Selain itu, belajar dari Tuhan Yesus, orang-orang percaya harus berani menyuarakan kebenaran serta melawan pemerasan dan ketidakadilan.
Salam dan doa,
Pdt. Andreas Loanka
GKI Gading Serpong