Oleh: Triyono Sigit
Mengacu kepada Pilgub DKI 2017 dimana hingar bingar pesta demokrasi diramaikan dengan aneka demonstrasi berjilid-jilid, dan agama serta tempat ibadah didayagunakan untuk mencapai kemenangan paslon tertentu. Banyak kalangan yang khawatir kejadian tersebut akan berulang di 171 daerah lain yang menyelenggarakan pemilu serentak tahun 2018 ini.
Kekhawatiran ini bisa dipahami karena dipicu oleh “ketidaknyamanan” atas berubahnya sebuah pesta (demokrasi) menjadi bencana (permusuhan) antar sesama anak bangsa. Kejadiannya sudah berlalu, tetapi ingatan itu sulit dihapuskan.
*Seberapa mungkin peristiwa pilkada DKI 2017 akan berulang di daerah lain? Mari kita lihat lima faktor yang sangat krusial.*
*Faktor pertama:* Ada tokoh kontroversi bernama Ahok yang menjadi Calon kuat di Pilkada DKI Jakarta. Bila dilihat calon-calon yang maju di 171 daerah yang berpilkada, tampak sekali tidak ada satupun calon yang se-kontroversi Ahok.
*Faktor kedua:* Pilkada DKI Jakarta harus terjadi dua putaran. Semua 171 daerah sesuai dengan UU yang berlaku hanya akan berlangsung satu putaran.
*Faktor ketiga:* Partai Pendukung 2 paslon Di DKI Jakarta 2017 masing-masing basis ideologinya “Nasionalis” dan “Islam.” Dari 171 daerah yang berpilkada, dukungan partai politk bercampur baur, tidak lagi terpolarisasi ideologi “Islam” dan “Nasionalis.”
*Faktor keempat:* Pilkada DKI Jakarta 2017 “didukung” oleh simpatisan dari segala penjuru negeri. Pilkada serentak 171 daerah 2018 ini “dukungan nasional” terpecah di daerah masing-masing.
*Faktor kelima:* Peredaran uang di Pilkada DKI Jakarta 2017 tidak ada yang dapat menghitung jumlah pastinya, karena saking banyaknya. Di masing-masing daerah yang berpilkada serentak 2018 pasti tidak akan menyamai apalagi melampaui jumlah uang yang beredar di pemilu DKI Jakarta 2017.
Dari lima faktor di atas kita dapat berharap bahwa copy paste atau salin rekat pilkada DKI Jakarta 2017 yang penuh dengan hingar demo berjilid-jilid, membawa simbol-simbol agama tertentu, spanduk-spanduk bernada permusuhan di tempat-tempat ibadah, dan berbagai ketidaknyamanan warga bangsa, tampaknya kecil kemungkinan akan terjadi di berbagai daerah yang melaksanakan pilkada serentak 2018.
Meski demikian, suasana pilkada serentak 2018 ini pasti akan memanas. Suhu panas harus dikelola agar tidak over heating. Kita bersyukur enam faktor di atas sudah dapat menjadi faktor pengelola alami agar tidak terjadi over heating. Seluruh aparat negara dan masyarakat yang terlibat dalam pilkada 2018 diharapkan juga mampu menjadi penyejuk.
*Harapan kita bersama agar kerukunan, kesejukan, kedamaian dan kebersamaan warga bangsa Indonesia tidak dirusak hanya gara-gara pilkada.**
#SalamDamaiHolistik
“Penulis adalah Konsultan Manajemen dan Pemerhati Sosial Kemasyarakatan.”