Jangan Suka Memfitnah!

0
14412

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

Yakobus 4:11-12

(11) Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya. (12) Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?

 

Tinggal 4 hari lagi kita akan tiba di penghujung tahun 2017 ini. Mari kita Tanggalkan dosa-dosa kita. Salah satu dosa buruk yang perlu sungguh-sungguh kita tanggalkan di penghujung tahun ini adalah dosa suka memfitnah orang lain. “Jangan suka memfitnah orang lain!” Ini berarti kita dilarang mengucapkan fitnah. Semua agama yang menganjurkan kehidupan bermoral melarang umatnya untuk melakukan fitnah. Agama Kristen juga, melalui kitab sucinya, melarang umatnya untuk memfitnah orang lain. Bahkan, larangan itu dijadikan suatu judul perikop seperti kita baca dalam Yak. 4:11-12. Mengapa fitnah dilarang?

Dalam Imamat 19:16, Tuhan sudah berfirman: “Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN”. Tuhan melarang orang mengucapkan fitnah karena itu adalah dosa yang dapat menghancurkan kehidupan orang lain.

Apa sesungguhnya fitnah itu, dan apa saja akibat yang ditimbulkannya? Fitnah adalah perkataan bohong yang bertujuan menjelekkan atau mencelakakan orang lain. Menurut 1 Timotius 4:4 orang yang melakukan fitnah adalah orang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah dan curiga.

Banyak persahabatan yang sudah lama terjalin akhirnya hancur karena fitnah. Banyak rumah tanggah retak dan hancur karena fitnah. Juga, banyak usaha, cita-cita terhambat dan gagal karerna fitnah. Termasuk: banyak gereja berselisih, bahkan sampai bertikai karena fitnah. Konflik SARA yang terjadi di negeri kita juga disebabkan oleh fitnah.

Fitnah dalam bahasa Yunaninya menggunakan juga kata diabolos. Kata ini berarti pemfitnah. Selain untuk menjelaskan pemfitnah, kata ini juga dipakai untuk menjelaskan iblis. Coba lihat, pemfitnah dan iblis mempunyai tempat yang sejajar dalam kata diabolos. Cukup masuk akal memang jika dua hal ini disejajarkan. Pemfitnah suka menyebarkan kata-kata bohong, dan ini tergolong sifat utama dari iblis. Mereka menyebarkan kebohongan agar orang lain dirugikan. Atas dasar ini maka sungguh tepat jika Dalam Wahyu 2:9 orang-orang yang suka melakukan fitnah dikategorikan sebagai jemaah Iblis.

Dalam pembacaan kali ini dikatakan bahwa memfitnah orang berarti mencela hukum. Fitnah adalah mengatakan sesuatu tentang orang lain yang belum tentu benar. Sementara yang paling tahu tentang manusia sampai kepada hal yang paling detail hanyalah Tuhan. Jadi kita tidak boleh menyampaikan sesuatu tentang orang lain, apalagi kalau hal itu adalah hal yang negatif, sebelum kita tahu hal yang sesungguhnya. Kalau tidak, maka kita telah mendahului Tuhan dan sekaligus merugikan orang. Bagi Tuhan inilah adalah dosa yang harus kita jauhi.

Karena fitnah adalah dosa maka Luther memberikan nasihat: “Jangan berikan tempat kepada pemfitnah dalam hidupmu!” Lebih lagi, Paulus dengan tegas menasihati orang-orang Kristen di Efesus: “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan (Efesus 4:30-31).

Faktor terbesar yang mendorong orang melakukan fitnah adalah iri hati. Selama iri hati bercokol dalam diri seseorang maka orang itu tidak akan pernah berhenti untuk melakukan fitnah. Hal ini bisa terjadi dalam hubungan suami-istri, dalam hubungan para majelis, dalam hubungan para pengurus komisi, dsb.

Pelayanan yang diwarnai oleh sikap iri hati dan fitnah tidak akan membuahkan hasil yang baik. Pelayanan seperti itu tidak layak di hadapan Tuhan. Seperti dikatakan oleh Daud: “TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya (Mazmur 15:1-3).

Bagaimana caranya menghindarkan fitnah dari kehidupan kita? Kita harus menyadari bahwa fitnah selalu dibuat orang agar orang lain dirugikan. Tetapi, tanpa dia sadari pula bahwa apa yang dilakukannya itu akan membawa penderitaan bagi dirinya sendiri. Tuhan sendiri akan menghukum orang-orang yang melakukan fitnah. Firman Tuhan dalam 1 Korintus 6:10: pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Paulus menyatakan bahwa  orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman (Roma 3:8).

Bangunlah kehidupan dan pelayanan kita tanpa fitnah. Amsal 26:20 berkata, “Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here