Oleh: Pdt. Anna Vera Pangaribuan
Selamat hari Minggu dan Adven ke-4 tgl 24 Desember 2017.Nats khotbah : Lukas 1:26-38
Kita tahu bahwa Martin Luther mengajarkan kita tentang anugerah dari Allah melalui pengertian solagratia. Solagratia diberikan bukan karena usaha manusia untuk memperoleh keselamatan. Sebab Allah datang ke dunia ini dalam rupa manusia yang dilahirkan perawan Maria. Solagratia menyatakan bahwa kita tidak layak dihadapan Tuhan tetapi dibenarkan Tuhan menjadi pribadi yang baru ketika kita menerima keselamatan yang dari pada Tuhan. Menjadi pertanyaan adalah: mengapa Tuhan mau membenarkan kita? Saudaraku yang kekasih, kita tahu bahwa Tuhan adalah maha penyayang dan pengasih, meskipun kita dalam keadaan berdosa Tuhan tetap mengasihi kita dalam keadaan apapun. (Ef. 2:8). Kasih karunia Tuhan nyata dalam kehidupan kita di dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan mulai manusia di ciptakan oleh Allah dan ketika manusia itu jatuh ke dalam dosa. Kasih karunia Allah nyata bagi dunia ini dalam pembuktian bahwa ia datang ke dunia ini. Tidak seorang pun yang dapat menghalangi kehendak Tuhan yang akan terjadi di dunia ini, bahkan si Maria sekalipun yang menjadi ibu Yesus. Sebagaimana yang tertulis di dalam injil Lukas ini, kita akan melihat kabar sukacita yang disampaikah oleh Allah, yaitu:
1. Ayat 28-30, salam bagimu, yang dikasihi, Tuhan menemanimu. Salam bagimu, menunjukkan rasa hormat, maksud baik, kesejateraan kepada Maria. Salam ini juga menunjukkan berkat yang khusus bagi Maria, sebagai perempuan yang telah dipilih oleh Allah menjadi sarana di dalam Roh Kudus yang melahirkan Yesus. Salam ini bukan karena jasa yang akan dikerjakan oleh Maria tetapi hanya karena kasih karunia Allah secara cuma-cuma. Memang pada awalnya Maria terkejut dan takut mendengarkan hal itu, tetapi malaikat Gabriel menyatakan kepadanya: jangan takut, Maria, sebab anugerah Allah ada padamu. Kata jangan takut juga mengarahkan kita kepada kehidupan saat ini yang serba takut, cemas, gelisah, karena perekonomian pada umumnya. Begitu juga masalah keluarga, masalah lingkungan (politik yang tidak kondusif), dan lain sebagainya. Jika kita menginginkan ketakutan itu tidak ada, marilah untuk menerima dan mengiman firman Allah yang menyatakan “jangan takut”, sebab Allah memberikan anugerah kepada kita semua.
2. Ayat 32-33, nama Tuhan, disebut dengan Yesus, Anak yang kekasih dan namanya akan masyur sebab tidak ada akhir dari tahtahNya. Dari nama itu, bahwa Ia mahatinggi dari segalanya sesuai dengan kuasaNya dan kekuatanNya di dunia ini.
3. Ayat 37-38, percaya akan Firman Allah, penegasan di ayat 37: tiada yang mustahil bagi Allah. Ini adalah pernyataan yang meneguhkan dan memberikan kepasrahan diri akan anugerah Allah.
Khotbah ini, mengarahkan kita pada sikap dan karakter Maria yang memiliki kepasrahan diri kepada Allah. Tulus hatinya kepada rencana Allah atas hidupnya, untuk itu dia menyakini bahwa dia adalah hamba Allah (ayat 38), saya adalah hamba Allah,
jadilah kehendakMu atasku sesuai dengan yang Engkau sampaikan.
Untuk itu saudaraku sekalian, ada dua point yang perlu kita lihat dan lakukan, yaitu:
a. Hendaklah kita meniru sikap dan sifat Maria sebagai karakter Kristen yang sejati. Sebab dia menyampaikan dirinya kepada Allah agar rencana Allah terjadi atas dirinya.
b. Hiduplah di dalam anugerah Allah, itulah yang sudah kita terima saat ini keselamatan di dalam Yesus Kristus. Ketika kita sudah mampu hidup dalam keselamatan itu, maka sifat tinggi hati dan takut menghadapi hidup akan jauh dari kehidupan kita masing- masing. Amin
Selamat hari Minggu Advent ke-4
Salam Marturia
Pdt. Anna Vera Pangaribuan