Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Lukas 18:1-8
(1) Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. (2) Kata-Nya: “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. (3) Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. (4) Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, (5) namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” (6) Kata Tuhan: “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! (7) Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? (8) Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”
Dalam menantikan Kerajaan Allah kita harus hidup dalam iman. Jadi, tetaplah tunjukan imanmu. Artinya, iman kita kepada Yesus Kristus harus diaplikasikan dalam perbuatan-perbuatan baik, karena iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:14 dst.). Selain itu, seperti yang kita baca dalam perikop ini, iman harus disertai dengan doa yang selalu dipanjatkan tiada jemu. Doa adalah ‘sarana’ iman untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalamnya kita menyampaikan kerinduan dan kebahagiaan kita. Juga, di dalamnya kita membicarakan keadaan, penderitaan dan pengharapan kita.
Iman dalam doa dan pengharapan menjadi penting ketika Tuhan menjelaskan hal ini dengan suatu perumpamaan. Perumpamaannya adalah: seorang janda yang selalu datang kepada hakim yang tak takut Allah. Bayangkan, hakim ini tak takut Allah sedikit pun. Ia tak takut hukuman-Nya, karena itu ia bebas saja berbuat jahat. Ia juga tak kenal perintah Allah, karena itu ia tak tahu berbelas kasih kepada orang lain. Tapi kepada hakim seperti inilah janda itu datang mohon pembelaannya. Janda ini tidak patah semangat walau permintaannya ditolak. Dia terus datang dan memohon agar hakim itu membelanya dalam perkaranya. Alhasil, hakim itu mengabulkan permintaan janda tersebut. Luar biasa bukan? Janda itu tak kenal menyerah!
Yesus menyuruh kita memiliki iman yang tak mengenal menyerah. Iman seperti ini harus kita tunjukkan terus-menerus sampai Tuhan datang kembali. Tapi ada masalah dalam kehidupan orang beriman. Ternyata hal ini diketahui oleh Yesus sehingga ia harus memberikan perumpamaan di atas. Apakah masalah itu? Banyak orang Kristen cepat menyerah dalam hidupnya. Kalau permintaannya tidak dikabulkan, atau kalau harapannya belum tercapai, ia cepat putus asa. Kita putus asa karena kita tidak sabar menunggu jawaban Tuhan. Malah ada yang berpikir bahwa Tuhan memang tidak mau menjawab doanya. Itulah sebabnya Tuhan memberikan perumpamaan ini (baca khususnya ay. 6-8), supaya kita memiliki iman seperti yang dimiliki janda itu.
Lalu pada ayat 8 Yesus mengajukan pertanyaan: “Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” Pertanyaan ini terkait dengan kehadiran diri-Nya sebagai pembawa Kerajaan Allah. Bahkan, Ia sendiri mewujudkan Kerajaan itu dalam seluruh tindakan dan pelayanan-Nya. Seluruh ajaran dan tindakan-Nya dan apa pun yang dilakukan-Nya mencerminkan Kerajaan Allah itu. Untuk masuk ke dalam kerajaan-Nya dan untuk mengalami anugerah Allah di dalamnya kita harus hidup dalam iman yang teguh, seperti yang dimiliki oleh janda di atas.
Dengan iman itu juga kita akan menyambut kedatangan-Nya untuk menyempurnakan kerajaan-Nya. Kedatangan Yesus adalah tanda betapa besarnya kasih Allah kepada manusia. Ia mengerti dan mempedulikan umat-Nya. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi? Adakah Ia akan mendapati iman kita yang ulet ketika memasuki kerajaan-Nya?