Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
wahyu 2:8-11
(8) “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali: (9) Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu — namun engkau kaya — dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis. (10) Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. (11) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua.”
Apakah fungsi utama dari telinga? Jelas, untuk mendengar. Ya telinga adalah panca indera untuk mendengar. Dengan telinga, kita mendengar bunyi apa pun, mulai dari bunyi (maaf) kentut sampai bunyi pesawat di udara. Mulai dari gosip murahan sampai ucapan-ucapan intelektualis. Semua bunyi yang terjangkau oleh telinga, mau tidak mau, suka tidak suka akan terdengar. Meski begitu, tidak semua bunyi atau suara harus di dengar dengan serius. Serius di sini maksudnya melibatkan penalaran maksimal dan perbuatan penuh. Bila semua bunyi harus didengar dengan serius, maka kita akan kehilangan banyak sekali waktu untuk melakukan hal-hal penting.
Ketika Yohanes mendapat penglihatan di Pulau Patmos, Allah menyampaikan pesan dan firman-Nya kepada tujuh jemaat. Masing-masing jemaat mendapat penyampaian yang berbeda-beda. Ada yang ditegur supaya segera bertobat dan ada yang mendapat penguatan. Di akhir setiap penyampaian-Nya kepada tujuh jemaat itu, Tuhan berkata: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” Tuhan meminta agar jemaat yang mendapat penyampaian tersebut mendengar dengan serius. Kenapa? Karena apa yang disampaikan-Nya amat penting. Berita-Nya jauh lebih penting dari suara di telepon yang memberitahukan bahwa Anda mendapat hadiah rumah mewah. Ya, jauh lebih penting dari informasi mengenai kenaikan pangkat Anda. Bahkan juga jauh lebih penting dari kata-kata kekasih yang menjawab cinta Anda yang selama ini ditunggu-tunggu. Penyampaian Tuhan ini menentukan keselamatan Anda di dunia dan akhirat. Apalah artinya rumah mewah, jabatan dan cinta bila Anda kehilangan keselamatan diri anda?
Apakah hal penting yang disampaikan Tuhan kepada Jemaat di Smirna dalam perikop kita kali ini? Kata Tuhan: “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu …” Jemaat di Smirna memang mengalami penderitaan karena tekanan dari penguasa Romawi. Sedihnya lagi, karena saudara-saudara dari kalangan agama Yahudi selalu memfitnah mereka, dan mempengaruhi penguasa agar menindas mereka. Tuhan melihat dari sorga kenyataan ini dan berbela rasa terhadap mereka. Bela rasa Tuhan muncul bukan karena penderitaan itu sendiri, melainkan karena iman warga jemaat di tengah-tengah penderitaannya. Dalam bela rasa yang ditunjukkan-Nya, Tuhan memihak kepada mereka, lalu orang-orang yang menindas mereka dijadikan lawan-Nya. Itulah sebabnya Tuhan, selanjutnya berkata: “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita!” Nyatalah di sini bahwa Tuhan menjamin mereka dalam penderitaannya. Jaminan Tuhan ini mengalirkan anugerah kemenangan jemaat Smirna dari penderitaannya itu. Mereka tidak akan selamanya menderita sebab akan datang waktu pembebasan.
Ada banyak manusia yang menderita di dunia ini, akan tapi tidak semua mendapat pengesahan keselamatan Tuhan. Mereka yang menderita karena selama hidupnya menghancurkan orang lain, karena melakukan korupsi, karena berkhianat dsb., nyawanya tidak akan dijamin oleh Tuhan. Kecuali jika mereka sungguh-sungguh bertobat dari perbuatannya jahat.
Tentu, kesusahan tidak akan berakhir selama kita di dunia ini, tapi jangan takut menghadapinya. Terlebih lagi jika penderitaan itu adalah konsekuensi dari iman kita kepada Kristus, kita harus siap menghadapinya. Jangan takut, itulah kata-kata Tuhan kita Yesus Kristus. Jika Dia berkata seperti itu, maka Dia akan bersama-sama dengan kita dalam menghadapi penderitaan yang datang. Akan tetapi banyak orang yang tidak tahan menderita karena ia takut. Ia takut kehilangan muka, kehormatan dan bahkan takut anak-anaknya tidak akan berhasil. Lalu apa yang mereka lakukan? Mereka bertindak melawan imannya. Hal seperti ini dapat terjadi kepada siapa pun, termasuk kepada saya dan saudara.
Penderitaan tidak akan berakhir dan selalu saja muncul. Tetapi Kristus telah berkata: “hendaklah engkau setia sampai mati, dan aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” Jalan kesetiaan akan menjadi rute dari perjalanan kehidupan kita sebagai pengikut-pengikut Kristus. Kata Tuhan, “Hendaklah engkau setia sampai mati …”
Pertanyaannya adalah, “Anda kita bertelinga?” Jika ya, dengarkanlah dan pahamilah kata-kata Kristus ini dengan baik-baik. Apapun penderitaan yang muncul dan menerpa kita, janganlah takut, Tuhan menjamin asal kita menghadapinya dalam keteguhan iman.