Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Pengkhotbah 5:1-6
(1) Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit. (2) Karena sebagaimana mimpi disebabkan oleh banyak kesibukan, demikian pula percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan. (3) Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu. (4) Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya. (5) Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, dan janganlah berkata di hadapan utusan Allah bahwa engkau khilaf. Apakah perlu Allah menjadi murka atas ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu? (6) Karena sebagaimana mimpi banyak, demikian juga perkataan sia-sia banyak. Tetapi takutlah akan Allah.
Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa ekspresi mulut kita akan menunjukkan karakter hati kita. Artinya ucapan yang keluar dari bibir mulut kita akan menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. Seorang yang suka berdusta akan disebut pendusta, seorang yang suka berbohong disebut pembohong.
Pada saat ini begitu banyak orang yang dapat berbicara mengenai firman Tuhan dengan lancar. Banyak pelayan begitu berapi-api, bahkan banyak juga jemaat yang begitu fasih dari pelayannya dalam membicarakan firman Tuhan. Hal itu baik, karena kita juga perlu berbicara tentang firman Tuhan dengan baik. Tetapi Tuhan inginkan kita bukan sekedar sebagai pembicara atau pendengar akan firman-Nya, tetapi juga Ia inginkan kita menjadi pelaku firman-Nya (Yakobus 1:22). Karena dengan melakukan firman-Nyalah kita membawa kemuliaan bagi Allah.
Tuhan tidak ingin kita sebagai umat-Nya hanya dapat berkata-kata dengan manis tentang Dia. Apalagi kalau kata kita penuh dengan janji yang muluk-muluk, tentu Tuhan tidak suka. Dia ingin kita bertindak sesuai dengan apa yang kita katakan tentang firman-Nya. Sama seperti Allah yang berfirman lalu pada saat yang sama juga menunjukkan karya-karya-Nya, demkian juga perkataan yang keluar dari mulut kita harus disertai dengan perbuatan. Dengan kata lain, perkataan kita kemudian menjadi berkat bagi orang lain (Efesus 4:29). Dalam melayani, kita harus mengeluarkan kata-kata yang membangun dan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan perkataan kita.
Dunia di sekitar kita ingin melihat orang-orang yang bukan hanya pandai berbicara tetapi juga memiliki integritas yang tinggi, yakni seseorang yang memiliki persamaan di hati, perkataan dan tindakannya. Lewat kepribadian seperti kita umat-Nya dapat menyatakan Yesus bagi dunia ini di mana kita dapat melayani dengan kata dan perbuatan. Hal itu dapat terjadi apabila kita:
Mengandalkan kuasa Allah (Kisah Para Rasul 1:8).
Tanpa kuasa Allah melalui pertolongan Roh Kudus kita tidak akan berhasil, bahkan kita tidak akan mampu untuk bersaksi dan melayani melalui perbuatan. Hanya oleh kuasa Allah, melalui pimpinan Roh-Nya itu, kita mampu dan berhasil dalam pelayanan.
Menyadari bahwa kita ditempatkan Tuhan sebagai saksi-saksi-Nya, yaitu menjadi garam dan terang dunia (Matius 5:13-16).
Dunia diberkati terutama melalui orang-orang yang dapat melakukan berbagai hal yang dikehendaki Allah dalam hidupnya dan bukannya melalui orang-orang yang hanya dapat atau pandai berbicara saja.