Mengampuni adalah sifat Ilahi yang merupakan ciri sekaligus sifat dasar dari pribadi Allah. Ini juga menunjukan 2(dua) hal yang ada pada pribadi Allah, yaitu : 1. Kemaha-Kuasaan-Nya. 2. Kasih Ilahi-Nya. Kemaha-Kuasaan-Nya mau menyatakan bahwa, Dia berkuasa untuk mengampuni atau tidak mengampuni salah dan dosa-dosa manusia. Tidak ada yang bisa mengatur diri-Nya, karena Dia bebas dalam kehendak-Nya. Sedangkan Kasih-Nya menegaskan bahwa, kalau Dia mengampuni salah dan dosa manusia, itu bukan karena kita baik tetapi itu semata karena Kasih-Nya, itu pemahaman Iman percaya kita.
– Kalau Tuhan bicara dengan perumpamaan, itu biasanya audiensnya mereka yang belum terlalu memiliki pemahaman Iman yang dewasa dan matang. Karena itu, perumpamaan adalah salah satu metode pengajaran untuk mempermudah para pendengarnya mengerti dan memahami, tidak perlu banyak berpikir. Metode praktis yang gampang dipahami apa maksud dan tujuan dari pengajaran-Nya dalam konteks bacaan hari ini(Matius 18:21-35), yakni “Perumpamaan tentang pengampunan”. Ini hal yang sering diucapkan, dibicarakan tetapi tidak semudah itu diterapkan atau dipraktekkan sehari-hari.
– Itulah yang menjadi inti pertanyaan Petrus kepada Tuhan-Nya : “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku. Sampai tujuh kali? Dalam konsep Yahudi, angka 7(tujuh) adalah angka sempurna. Mungkin dalam benak Petrus, kalau kesalahan saudaranya sudah diampuni sebanyak 7(tujuh) kali berarti sudah sempurna, sudah lengkap. Pengampunan masih bersifat kuantitatif. Jawaban Tuhan menunjuk pada hal yang kualitatif substantif, bukan tujuh kali tetapi sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Pengampunan yang tidak terbatas, tidak ada limit waktunya dari kita, karena Tuhan juga demikian.
– Mengapa kita harus mengampuni, karena Tuhan yang suci tanpa dosa saja mau mengampuni. Sebab itu sangat aneh kalau kita yang banyak salah bergelimang dosa ini tidak mau mengampuni, atau mengampuni tetapi pakai perhitungan. Tuhan mengampuni dengan limpahnya, masakan kita akan mengampuni pakai hitung-hitungan sih. Ini sebenarnya yang dikatakan Tuhan kepada Petrus murid-Nya. Jadi memaafkan atau mengampuni itu harus dengan tulus hati, jangan pura-pura, jangan hitung-hitung. Contohilah Tuhanmu, karena engkau hidup saja itu dari pengampunan Allah, maka engkau harus ikuti apa kata Tuhan.
– Perumpamaan ini(ayat 23-34) adalah kritikan tajam sekaligus teguran keras Tuhan terhadap mereka yang tidak mau mengampuni atau memaafkan kesalahan oranglain. Mereka sama dengan hamba yang jahat, yang sesudah diampuni kesalahannya tidak mau memaafkan dan mengampuni kesalahan orang lain. Mereka adalah orang-orang jahat yang tidak tau diri, tidak tau berterimakasih, karena sudah diampuni Tuhan tetapi tidak mau mengapuni sesama. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terdap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu(ayat 35). Jadi jangan hanya minta dari Tuhan, tetapi kita harus ikuti kehendak-Nya.
– Memaafkan artinya, ada kesediaan untuk merendahkan diri, membuka diri dan menghilangkan semua ketinggian hati. Memaafkan harus dari ketulusan hati, tidak boleh ada sikap kepura-puraan, tidak boleh ada “panggung sandiwara”, tidak boleh lain dibibir lain dihati. Tetapi apa yang keluar dari mulut untuk memaafkan, itu berasal dari kesucian dan kebersihan hati. Sebagaimana Tuhan selalu mengampuni kita, maka dengan sukacita kita juga harus mau mengampuni sesama yang bersalah kepada kita. Ingat “DOA BAPA KAMI”.
Selamat Hari Minggu, selamat Ber-Ibadah! Gb! jm. 170917.
Ibadah Minggu Pagi di POUK Gereja “LAHAIROI” Cijantung Jkt.
Peneguhan Pengurus Komisi Remaja POUK Gereja “LAHAIROI”.