Mengucap Syukur dan Beribadah

0
4214

Pdt. Andreas Loanka

BGA dari Ibrani 12:18-29

Penulis Surat Ibrani dalam bagian sebelumnya telah mengingatkan kita tentang:
– Keselamatan: agar kita tidak menyia-nyiakan keselamatan besar yang dikaruniakan Allah (Ibr. 2:3);
– Iman: agar jangan ada yang mengeraskan hati karena tipu daya dosa sehingga tidak percaya kepada Tuhan (Ibr. 3:12-19);
– Kedewasaan: agar kita tidak hanya menjadi bayi-bayi rohani, melainkan terus bertumbuh menjadi orang-orang Kristen dewasa yang mengalami perkembangan yang penuh di dalam Kristus (Ibr. 5:11-6:3).
– Ketekunan: agar kita tetap bertekun di dalam Tuhan, agar sesudah melakukan kehendak-Nya, kita memperoleh apa yang dijanjikan-Nya itu (Ibr. 10:19-39).

Dalam perikop Ibrani 12:19-29 penulis Surat Ibrani mengingatkan kita tentang mengucap syukur dan beribadah kepada Allah dengan cara yang berkenan kepada-Nya.

Kepada kita dipaparkan tentang Gunung Sinai dan Bukit Sion yang sangat kontras. Kita diingatkan pada pengalaman umat Israel di Gunung Sinai, di mana ada api yang menyala-nyala, kekelaman, kegelapan dan angin badai, serta bunyi sangkakala. Pemandangan itu sangat mencekam dan mengerikan bagi umat Israel, termasuk Musa. Bahkan Musa sendiri berkata, “Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar” (Ibr. 12:18-21).

Kita tidak datang ke Gunung Sinai yang tak tersentuh dan menakutkan itu, melainkan ke Bukit Sion, kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi. Di Bukit Sion kita bersekutu dengan beribu-ribu malaikat, jemaat anak-anak sulung, dan saudara-saudari di dalam Tuhan. Di sana kita bersekutu dengan Tuhan Yesus, pengantara perjanjian baru, yang melalui percikan darah-Nya di kayu salib membuka jalan masuk bagi kita kepada Allah, hakim yang adil, dan mengalami berkat-Nya.

Percikan darah Kristus berbicara lebih kuat dari darah Habel yang berteriak kepada Allah dari tanah (Kej. 4:10), karena darah Kristus yang meneguhkan perjanjian yang baru dan membuka jalan perdamaian antara manusia dengan Allah (Ibr. 12:22-24).

Oleh karena itu, hendaklah kita waspada supaya kita tidak menolak Dia, yang berfirman. Tetapi hendaklah kita senantiasa mengucapkan syukur dan beribadah kepada Allah dengan cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan (Ibr. 12:25-29).

Syalom dan Tuhan memberkati.

Salam dan doa dari:
Pdt. Andreas Loanka
GKI Gading Sepong

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here