Oleh: Yerry Tawalujan
_Politics is the art of the possible, the attainable — the art of the next best_ . Politik adalah seni dari kemungkinan, sesuatu yang dapat dicapai — seni dari (pilihan) yang terbaik berikutnya.
Otto von Bismarck
Ketika politik diibaratkan seperti seni, maka politik itu adalah kumpulan dari pilihan. Seni tidak dibatasi dengan rumus eksakta yang kaku dan sering dibatasi hanya dengan satu pilihan tunggal. Seni adalah mengambil keputusan dari ribuan pilihan berdasarkan perspektif, nuansa, gaya, _timing_, momentum dan berbagai variabel seni lainnya.
Sebagaimana seni yang multi dimensi, demikian juga politik. Pilihan-pilihan politik itu multi dimensi. Tapi berbeda dengan seni, pilihan-pilihan multi dimensi politik diikat oleh satu hal. Kepentingan. Jiwa, _ruh_ dari seni adalah idealisme. Jiwa dari politik adalah kepentingan.
Dalam politik segala kemungkinan bisa terjadi. Kemungkinan yang didasarkan pada kepentingan. Kemungkinan apa yang terbaik sesuai kepentingan.
Bergabungnya Hary Tanoesoedibjo, HT, ke kubu Jokowi adalah pilihan dari kemungkinan-kemungkinan yang diambil. Kemungkinan yang bermanfaat bagi kepentingan HT dan kepentingan Jokowi juga.
HT berkepentingan dengan Jokowi. Untuk membesarkan partai politik yang baru “seumur jagung” walaupun sudah merambah bagai jamur kemana-mana, jauh lebih strategis untuk mendukung dan didukung Pemerintah daripada menjadi lawan. Apalagi dengan sentimen positif rakyat terhadap Pemerintah dengan tingkat kepuasan diatas tujuh puluh persen atas kinerja Jokowi.
Melawan Jokowi sama artinya melawan opini mayoritas. Dengan mendukung Jokowi, HT bisa “berselancar” mengikuti gelombang positif arus bawah pendukung sang Presiden. Jauh lebih mudah mengikuti arus daripada melawan arus.
Sebaliknya, Jokowi juga memerlukan HT. Kekuatan taipan MNC group ini tidak bisa diremehkan. Bahkan naif kalau ada yang _under estimate_ dan meremehkan pengaruh seorang HT.
Bergabungnya HT ke Jokowi otomatis memperlemah kubu lawan. Kekuatan oposan Pemerintah berkurang secara signifikan. Mereka bukan hanya kehilangan “mesin atm”, tapi juga hilang dukungan pemberitaan dari sang raja media.
Bagi Jokowi, merapatnya HT ke istana adalah kemenangan awal menuju 2019. Media pengkritik pemerintah ternetralisir dan berpotensi berubah menjadi corong propaganda keberhasilan kinerja Jokowi. Dukungan Perindo juga bisa memperkuat posisi Jokowi di 2019.
HT pasti akan membuktikan komitmen dan dukungannya dengan perjuangan _all out_ memastikan Jokowi menang di 2019. Sebab rakyat akan menilai konsistensi politik seorang HT.
Jika menuju 2019 HT bisa membuktikan berjuang lebih gigih dan memberi kontribusi lebih banyak dibanding parpol-parpol koalisi Jokowi lainnya, HT bukan hanya akan mendapat simpati rakyat tapi juga membungkam suara miring di internal Jokowi yang (masih) meragukan komitmen politiknya mendukung Jokowi.
Bagaimanapun juga, bergabungnya HT ke Jokowi adalah pilihan politik strategis bagi kedua pihak.
Manado, 3 Agustus 2017