Peduli Sesama

0
2763

 

 

Bacaan : *Rut 2:1-23; 1 Tesalonika 2:8*

 

“Lihat saja ke ladang yang sedang disabit orang itu. Ikutilah perempuan-perempuan itu dari belakang. Sebab aku telah memesankan kepada pengerja-pengerja lelaki jangan mengganggu engkau. Jika engkau haus, pergilah ke tempayan-tempayan dan minumlah air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu” (Rut. 2:9).

 

Satu hal yang perlu dikembangkan dalam hidup bermasyakat adalah peduli terhadap sesama. Di Indonesia hal ini sempat pudar, tetapi puji Tuhan, bangsa Indonesia tetap dikasihi dan dipelihara oleh Tuhan sehingga sikap peduli sesama yang sempat pudar perlahan-lahan mulai mewarnai negeri ini. Gereja Tuhan harus menjadi pelopor bagi bangsa ini, jemaat Tuhan haruslah menjadi yang pertama di dalam hal peduli sesama, lewat hidup pribadi maupun pelayanan diakonia.

 

Boas adalah seorang yang kaya dan ia tidak menjadi sombong dengan kekayaannya. Sebaliknya ia rendah hati dan sangat perhatian kepada sesamanya. Sikapnya sangat kelihatan ketika ia sedang berkeliling memperhatikan para pekerjanya saat menuai gandum. Saat itu ia melihat ada seorang perempuan berdiri di belakang penyabit sedang memungut sisa-sisa gandum. Melihat hal itu ia bertanya-tanya kepada para pekerja. Setelah mendapatkan informasi, barulah ia tahu perempuan itu bernama Rut, menantu dari kerabatnya.

 

Saat itu jika ada orang yang memungut remah-remah gandum pastilah orang yang bersangkutan itu  miskin. Melihat apa yang dikerjakan perempuan tadi berkatalah Boas kepadanya: _”Dengarlah dahulu,  anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan” (Rut 2:8).

 

Sama seperti Rut, banyak kaum papa di sekitar kita. Apakah kita peduli terhadap mereka? Filipi 2:4 berkata: “…..  dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”

 

Perhatikan kehidupan jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul 2:44-46: “Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan  segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Mereka memecahkan roti di rumah  masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan  gembira dan dengan tulus hati.”

 

*Renungan:*

“Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi” (1 Tesalonika 2:8).”

 

*Jika kita mengasihi Allah, sudahkah kita pedulikan sesama kita, bukan hanya kebutuhan jasmaninya tetapi juga keselamatannya?,*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here