Skrip Pemuridan

0
2201

Oleh: Yonghan

 

 

 

Langkah menggunakan skrip ini:

 

1. Para peserta memuji dan menyembah bersama.

 

2. Para peserta berdoa bersama meminta pimpinan dan penyertaan Roh Kudus supaya membuka dan menerangi pikiran dan hati para peserta.

 

3. Para peserta membaca perikop Alkitab yang akan dibahas.

 

4. Fasilitator sesi pemuridan membacakan skrip pemuridan.

 

5. Para peserta mendiskusikan perikop Alkitab yang telah dibahas dengan sejumlah pertanyaan penuntun.

 

6. Para peserta membagikan dan mengajarkan perikop Alkitab ini kepada ring satu masing-masing. Saudara dimuridkan untuk memuridkan.

 

PENDAHULUAN: INJIL MATIUS

 

Menggali Alkitab berarti seseorang sedang melakukan eksegese (membawa ke luar/mengeluarkan makna), bukan eisegese (menambahkan/menyelipkan makna). Banyak pendeta hari ini yang melakukan eisegese supaya pengajarannya laris. Si Pendeta ingin mengajarkan A, lalu mencari ayat-ayat di Alkitab yang bisa dicocok-cocokan dan mendukung pengajarannya.

 

Eisegese yang disengaja merupakan dosa. Yesus sangat keras pada orang Farisi karena mereka menambah-nambahi Kitab Suci. Sebaliknya, Yesus juga sangat keras pada orang Saduki karena mereka mengurang-ngurangi Kitab Suci. Menambah-nambahi atau mengurang-ngurangi Kitab Suci merupakan hal yang sama-sama dipandang salah di mata Tuhan.

 

Teks di Alkitab selalu berada dalam konteks tertentu. Karena itu, memahami konteks sangat penting dalam membaca Alkitab. Salah memahami konteksnya bisa berakibat fatal tentang apa sebenarnya yang dimaksud Tuhan. Alkitab menjelaskan Alkitab. Bagian yang tertulis akan menjelaskan yang tersirat. Bagian yang jelas akan menjelaskan yang samar-samar.

 

Semua penulis Alkitab tidak pernah bermaksud tulisan mereka dibaca/dikhotbahkan satu perikop/paragraph saja. Setiap kitab/surat punya tema utama sehingga memahami tema utama dari masing-masing kitab akan membantu kita memahami konteks ayat-ayat yang sedang kita baca. Contoh ayat Alkitab yang sering salah dikutip keluar dari konteksnya misalnya: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Fil. 4:13).

 

Untuk memahami konteks, penting untuk kita memahami:

 

1) Siapa penulisnya? Siapa pembaca pertamanya? Apakah hubungan antara penulis dengan pembacanya? Di mana penulis menuliskan kitabnya? Di mana pembaca pertamanya berada? Bagaimana situasi kondisi, pergumulan, dan budaya masyarakat saat itu? Kapan kitab ini dituliskan? Apa tujuan penulis menulis kitabnya? Bagaimana struktur kitab tersebut? Apa ciri khusus dari kitab tersebut?

 

2) Ayat ini berada dalam perikop mengenai apa? Perikop ini berada dalam pasal mengenai apa? Pasal ini mengenai tema apa? Dua pasal sebelumnya membahas soal apa? Dua pasal sesudahnya membahas soal apa? Tema kitab ini mengenai apa dalam kaitannya dengan keseluruhan Alkitab?

 

3) Ketika membaca Alkitab, kita perlu memperhatikan genre-nya (jenis tulisan). Apakah kitab ini berbentuk narasi/hukum/puisi/ amsal? surat? Jika narasi, biasanya teks diinterpretasikan secara harfiah. Tidak boleh di-alegori-kan. Seperti misalnya mengenai lima batu yang dipakai Daud untuk menjatuhkan Goliath. Lima batu itu artinya yah memang lima batu. Tidak boleh ditafsirkan macam-macam.

 

Kalau yang genre-nya adalah surat, sangat penting untuk memahami konteks dan budaya penerimanya saat itu. Efesus 6:5 disalahgunakan untuk membenarkan perbudakan di AS. Padahal, definisi ”budak” di zaman Paulus sangat berbeda situasinya dengan zaman kita.

 

Sebagai contoh: (a) Ada “kasta” budak, karena ada budak untuk bekerja di tambang/kebun/gladiator/rumah. Budak-budak di surat Paulus merujuk pada budak-budak yang bekerja di rumah. (b) Budak saat itu seringkali adalah orang-orang terdidik. Kebanyakan dokter saat itu adalah budak-budak di keluarga terhormat. (c) Orang-orang saat itu berebut ingin menjadi budak-budak di keluarga pembesar. Ada budak Caesars yang lebih berpengaruh daripada para senator. (d) Budak tidak pernah terkait ras tertentu.

 

Memahami konteks, budaya pendengar dan pembaca pertama, serta genre akan membuat satu ayat menjadi begitu berbeda artinya. Salah memahaminya bisa berakibat fatal, seperti misalnya sampai dilegalkannya perbudakan orang kulit hitam.

 

 

Injil Matius

 

*Siapakah penulisnya?*

Matius (the gift of Jehovah) adalah pemungut cukai di Kapernaum (Mat. 9:9; Mrk. 2:13-14; Luk. 5:27-28). Ia segera mengikuti Yesus pada waktu dipanggil. Pemungut cukai adalah profesi yang dianggap hina dan menjijikkan oleh budaya Yahudi saat itu karena dianggap menjadi antek-antek penjajah. Pemungut cukai kemungkinan besar adalah orang yang sangat kaya karena ia butuh koneksi ke Roma untuk bisa dipercaya sebagai seorang pemungut cukai. Seorang pemungut cukai juga biasanya sangat terpelajar, sistematis, teliti, dan menguasai bahasa Yunani dengan baik.

 

Dari struktur Injilnya, Matius sepertinya ingin menegaskan kalau Yesus Kristus, Sang Raja dan Sang Mesias, datang ke dalam dunia untuk memanggil orang berdosa agar bertobat dan kembali kepada Allah.

 

9:1-8= orang lumpuh yang berdosa disembuhkan dan diampuni dosanya

 

9:9-13= orang berdosa dipanggil untuk menjadi pengikut Yesus

 

9:14-17= pengikut Yesus harus memiliki pola pikir yang baru

 

Frasa ”Ikutlah Aku” (akoloutheo) berarti ajakan untuk ”berjalan di jalan yang sama; bersama-sama; menjadi pengikut”. Matius sudah memberi teladan bagi kita semua dengan melakukannya secara total dan segera. ”Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia” (Luk. 5:28).

 

*Kepada siapa Injil ini ditujukan?*

Matius sepertinya terfokus berbicara pada orang-orang Yahudi. Beberapa hal mengindikasikan soal ini. Selain banyaknya kutipan ayat dari Perjanjian Lama (PL), Matius menggunakan banyak istilah yang identik dengan budaya Yahudi, semisalnya ”Kerajaan Surga” dan ”Bapa di Surga”. Kata ”surga” adalah kata yang dipakai orang Yahudi untuk merujuk pada Allah karena keengganan mereka menyebut nama Allah secara langsung.

 

Matius juga menekankan Yesus sebagai keturunan Abraham (1:1-17) dan Anak Daud (1:1; 9:27; 12:23; 15:22; 20-30-31; 21:9,15; 22:41-45). Terkait tidaknya Yesus kepada dua tokoh ini punya arti yang sangat penting bagi orang Yahudi. Terkait dengan berbagai nubuat di PL, Sang Kristus (Mesias) harus berasal dari keturunan Abraham dan Daud. Tidak bisa tidak. Tidak mungkin tidak.

 

Jemaat-jemaaat asuhan Matius pada awalnya adalah jemaat Yahudi. Dalam perkembangannya, kelompok etnis non-Yahudi mulai masuk menjadi anggota jemaat. Keragaman jemaat melahirkan krisis di dalam jemaat-jemaat asuhan Matius. Bagi kelompok etnis Yahudi, status teologis sebagai umat Allah mulai terancam. Kelompok ini menegaskan bahwa hanya kelompok yang beretnis Yahudi yang dapat dipandang sebagai umat Allah. Jika kelompok etnis lain ingin menjadi umat Allah, maka mereka harus menjadi serupa dengan kelompok etnis Yahudi. Kelompok etnis non-Yahudi harus di-Yudaisme-kan (di-proselit-kan).

 

Kondisi yang demikian menimbulkan krisis identitas bagi jemaat beretnis non-Yahudi. Meskipun sudah percaya pada Yesus, mereka dipandang seolah-olah sebagai kelompok yang tidak setara dengan jemaat yang beretnis Yahudi. Saat itu, di dalam jemaat-jemaat asuhan Matius terjadi perdebatan yang tajam mengenai siapa umat Allah yang sejati.

 

Dalam situasi dan kondisi seperti ini, Injil Matius menegaskan kebenaran yang harus dipahami jemaat: keselamatan tersedia bagi semua bangsa. Seperti misalnya tentang perintah mengenai Amanat Agung di 28:19. Nuansa bahwa keselamatan disediakan bagi semua bangsa tidak muncul tiba-tiba di pasal terakhir ini. Sejak pasal 1, Matius sebenarnya sudah mengindikasikan soal ini.

 

Dalam silsilah keturunan Yesus, Matius menyertakan nama empat wanita yang berasal dari bangsa non-Yahudi, yaitu Tamar (Kej. 38), Rahab (Yos. 2:1), Rut (kitab Rut), dan Batsyeba istrinya Uria (2 Sam. 11:3-5).

 

Karena Injil Matius sepertinya lebih ditujukan pada orang-orang Yahudi, mencantumkan nama keempat wanita ini merupakan hal yang tidak lazim bagi para pembacanya karena dalam budaya Yahudi biasanya hanya nama pria yang dicantumkan dalam sebuah silsilah. Silsilah ini semakin tidak lazim karena melalui silsilah ini terlihat jelas kalau Yesus ternyata tidak murni berdarah Yahudi.

 

Orang Kristen beretnis Yahudi saat itu masih sangat kesulitan menerima kenyataan kalau bangsa non-Yahudi juga ternyata bisa menjadi umat Allah. Kekristenan ternyata terdiri dari berbagai bangsa. Padahal, selama ini orang-orang Yahudi merasa hanya mereka yang secara istimewa bisa menjadi umat Allah. Namun, sekarang mereka bahkan harus menerima kenyataan kalau Sang Mesias ternyata tidak murni berdarah Yahudi? Sungguh bukan hal yang mudah bagi mereka menerima fakta ini.

 

Jadi, sejak pasal 1 sampai 28, Matius sudah menegaskan kalau keselamatan tidak hanya tersedia bagi orang-orang Yahudi. Berulang kali dijelaskan Matius dalam tulisannya, secara tersurat maupun tersirat, kalau Tuhan Yesus adalah Allah bagi semua bangsa.

 

Mengapa Injil ini ditulis?

Tujuan utama mengapa Injil ini ditulis: untuk menunjukkan kepada para pembaca pertama bahwa Yesus dari Nazaret adalah Sang Raja dan Sang Mesias (Kristus), yang dinubuatkan para nabi dari PL. Ada sekitar 60 kutipan dari PL yang dipakai Matius untuk membuktikan dan meyakinkan para pembacanya kalau Yesus adalah sungguh-sungguh Sang Raja dan Sang Mesias yang dinubuatkan itu. Kata ”Kerajaan” muncul 40 kali, ”Kerajaan Surga” muncul 34 kali, dan ”Kerajaan Allah” 6 kali. ”Penggenapan nubuat” adalah tema yang berulang-ulang disampaikan Matius, seperti misalnya di 1:22-23; 2:15; 2:17-18; 2:23; 4:14-16; 8:17; 12:17-21; 13:35; 27:9-10.

 

*Apa ciri khas Injil ini?*

Struktur Injil ini tersaji dengan indah dan teratur. Keseluruhan Injil ini berisikan lima khotbah dan lima narasi. Pengajaran Yesus disisipkan di antara narasi tentang kegiatan-kegiatan-Nya. Matius seolah-olah ingin mengingatkan para pembacanya kalau Yesus bukan hanya pengajar kebenaran, tetapi juga pelaku kebenaran. Karena itu, sebagai murid-Nya, kita juga jangan sampai hanya jadi pendengar firman, tetapi juga harus menjadi pelaku firman.

 

Dalam Injil ini, Matius memperkenalkan pola unik Injilnya yang sering disebut pola “the formula-quotations”. Seperti misalnya di Mat. 1:22-23

 

Mat 1:22 = “Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi” (atau kalimat yang sejenisnya)

 

Mat. 1:23 = kutipan dari Perjanjian Lama.

 

Pola serupa juga dijumpai di 2:15; 2:17-18; 2:23; 4:14-16; 8:17; 12:17-21; 21:4-5; 27:9-10. Pola ini seolah-olah ingin menegaskan kalau Yesus adalah penggenapan dari nubuat mengenai Sang Mesias dan Sang Raja yang dinubuatkan para nabi dari zaman PL

 

Secara garis besar, struktur Injil Matius adalah sebagai berikut:

 

#Prolog: Kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus (1:1-2:23)

 

#Isi Kitab:

 

a) Narasi: Proklamasi dan penampilan Mesias (3:1-4:25)

 

Pengajaran 1: Khotbah di Bukit (5:1-7:29)

 

 

 

b) Narasi: Mukjizat-mukjizat di Galilea (8:1-9:34)

 

Pengajaran 2: Misi 12 murid (9:35-11:1)

 

c) Narasi: Permusuhan makin bertumbuh (11:2-12:50)

 

Pengajaran 3: Kerajaan Allah (13:1-52)

 

d) Narasi: Bayang-bayang Salib (13:53-17:23)

 

Pengajaran 4: Pola hidup murid dalam Kerajaan Allah (17:24-18:35)

 

e) Narasi: Perjalanan menuju ke Yerusalem (19:1-23:39)

 

Pengajaran 5: Eskatologi (24:1-25:46)

 

#Epilog: Penderitaan, kematian, kebangkitan, dan pengutusan (26:1-28:20)

 

Bagian narasi digunakan Matius untuk mempersiapkan para pembacanya memahami khotbah Yesus. Sementara itu, setiap khotbah Yesus selalu diakhiri dengan kalimat ”Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaran-Nya” atau yang sejenisnya (7:28, 11:1; 13:53; 19:1; 26:1).

 

Matius juga menekankan ada dua kelompok pendengar Yesus yaitu ”orang banyak” dan ”murid-murid”. Perlu dipahami kalau ”murid-murid” dalam Injil Matius tidak selalu berarti merujuk pada dua belas rasul yang dipilih Yesus, melainkan merujuk pada ”setiap orang yang mengikut Yesus”.

 

Seperti misalnya dalam Mat. 20:17, Matius dengan jelas membedakan ”dua belas rasul” dan ”murid-murid” Yesus. Jika yang dimaksud adalah dua belas rasul, Matius akan mendeskripsikannya dengan jelas (10:1,2,5; 11:1; 20:17; 26:14,20,47).

 

Lima khotbah Yesus diajarkan kepada murid-murid. Meskipun ada dua khotbah (khotbah 1 dan 3) yang tampaknya juga didengarkan orang banyak, namun tetap terfokus pada murid-murid.

 

Ada beberapa peristiwa yang secara unik hanya tercatat dalam Injil Matius:

 

#Pasal 2 = Kunjungan orang Majus. Peristiwa lari ke Mesir. Pembunuhan anak-anak. Peristiwa kembali ke Nazaret.

 

#Pasal 3 = Orang Farisi dan Saduki datang kepada Yohanes Pembaptis.

 

#Pasal 5-7 = Khotbah di Bukit (lengkap).

 

#Pasal 11:28 = Undangan untuk datang kepada Yesus.

 

#Pasal 14:28-32 = Petrus berjalan di atas air.

 

#Pasal 23 = Tujuh “Celakalah kamu…” yang ditujukan kepada orang Farisi (seven woes).

 

#Pasal 26:16 = Mengenai 30 keping perak yang diterima Yudas Iskariot.

 

#Pasal 27 = Yudas Iskariot mengembalikan uang. Mimpi istri Pilatus. Orang-orang yang bangkit dari kubur. Penjagaan kubur Yesus.

 

#Pasal 28 = Gempa bumi. Uang yang diberikan kepada para serdadu untuk menyatakan kalau para murid telah mencuri mayat Yesus. Perintah mengenai Amanat Agung.

 

Matius juga menegaskan kalau Yesus adalah ”Allah yang menyertai kita” (Imanuel). Ia menampilkannya dengan indah di bagian awal tulisannya (Mat. 1:23) dan kemudian menegaskannya di bagian penutup (Mat. 28:20) ketika ia menampilkan Yesus yang menyatakan, ”…Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

 

Melalui Injil ini, Matius ingin menegaskan kepada para pembacanya kalau Yesus sungguh-sungguh dan benar-benar adalah Sang Raja, Sang Mesias, Anak Daud, Anak Allah, Anak Manusia, dan Imanuel. ”Penggenapan nubuat” adalah tema yang diulang-ulang di Injil ini.

 

PERTANYAAN PENUNTUN

 

1) Adakah ciri khas Injil Matius yang berkesan bagi Saudara?

 

2) Adakah peristiwa unik yang hanya tercatat di Injil Matius yang berkesan bagi Saudara?

 

3) Apa pendapat Saudara tentang struktur Injil ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here