Merajut Kebersamaan, Merajut Indonesia Dengan Ideologi Pancasila

0
1487

Oleh: Yerry Tawalujan

 

*KITA INDONESIA, KITA SEMUA BERSAUDARA…*

 

 

_*“Kalau jadi Hindu jangan jadi orang India, kalau jadi orang Islam jangan jadi orang Arab, kalau Kristen jangan jadi orang Yahudi, tetaplah jadi orang Nusantara dengan adat-budaya Nusantara yang kaya raya ini”*_ *Bung Karno*

 

Pernyataan Bung Karno menekankan pada dua hal utama dalam kehidupan bermasyarakat:  Keagamaan dan kebangsaan. _*Religiousity dan Nationality.*_ Masyarakat yang taqwa beragama dalam hubungan keatas dengan Sang Pencipta dan kuat berkebangsaan dalam hubungan dengan sesama anak bangsa.

 

Keberagamaan yang kuat akan menciptakan masyarakat beriman yang merefleksikan nilai-nilai Ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran agama yang dihayati dengan benar akan menuntun pada pola hidup yang baik dengan ahlak mulia. Menciptakan masyarakat yang beradab, santun dan berbudi luhur.

 

Agama pada dasarnya mengajarkan nilai-nilai mulia yang menuntun pada kehidupan persaudaraan yang rukun. Contoh dalam agama Islam dikenal konsep *_Ukhuwah_* atau persaudaraan. Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah Insaniyah atau Ukhuwah Basyariyah.

 

*Ukhuwah Islamiyah* adalah persaudaraan sesama umat Islam. Semua umat Islam di seluruh dunia bersaudara. *Ukhuwah Whataniyah* adalah persaudaraan sebangsa. Persaudaraan yang dipersatukan karena satu bangsa. Sedangkan *Ukhuwah Insaniyah* atau *Ukhuwah Basyariyah* adalah persaudaraan sesama umat manusia. Karena semua umat manusia adalah ciptaan Tuhan maka semua manusia terikat dalam persaudaraan.

 

Untuk konteks Kristen dan Katolik, Yesus perintahkan dalam Injil: “….kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. (Matius 22: 39). Mengasihi sesama umat manusia sama seperti mengasihi diri kita sendiri adalah perintah langsung dari Yesus.

 

Agama-agama lain seperti Hindu, Budha dan Kong Hu Cu pun pasti memiliki ajaran atau konsep tentang menerima sesama manusia sebagai saudara.

 

*JIKA AGAMA MENGAJARKAN PERSAUDARAAN, MENGAPA KITA SULIT BERSAHABAT?*

 

Konsep tentang persaudaraan universal, persaudaraan antar sesama umat manusia adalah bagian *_humanity_* dari ajaran agama.

 

Konsep tentang surga, tentang hubungan  dengan sang Pencipta (yang diekspresikan dalam ibadah) adalah sisi *_Spirituality_* dalam agama.

 

Sayangnya umat beragama cenderung lebih menekankan sisi *_spirituality_* dalam menjalankan keyakinan agamanya. Siapa yang bisa masuk surga dan siapa yang tidak. Kalau sudah di titik ini maka masing-masing pemeluk agama akan mempertahankan kebenaran hakiki dari agamanya. Agama kami lah yang paling benar. Paling berhak menghuni surga.

 

Akhirnya agama yang seharusnya mempersatukan umat manusia, justru menjadi tembok pembatas yang memisahkan. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku. Aku dengan agamaku dan kamu dengan agamamu.

 

Bukan ajaran agamanya yang salah. Keseimbangan antara sisi _humanity_ dan _spirituality_ dari ajaran agama itu yang harus dijaga untuk menciptakan agama yang menjadi sumber berkat, rahmat dan  kesejahteraan bagi semua orang. Agama yang _Rahmatan Lil Alamin_.

 

*KEAGAMAAN DAN KEBANGSAAN HARUS SEIMBANG*

 

Bung Karno benar ketika berkata: “Kalau jadi Hindu jangan jadi orang India…..” Silahkan bertakwa dalam agama Hindu, tetapi tetap berkebangsaan Indonesia. Kuat dengan identitas agama dan kuat dengan identitas kebangsaan.

 

Ajaran agama akan memperkuat identitas keagamaan, memperkokoh ketakwaan beragama. Ideologi kebangsaan akan memperkuat persatuan dan  persaudaraan sebangsa.

Ajaran agama mempererat ikatan persaudaraan antar sesama umat  seagama. Ideologi Kebangsaan akan mempererat ikatan persaudaraan antar sesama anak bangsa walau berbeda agama.

 

Jika tidak dilakukan dan diamalkan dengan seimbang, apalagi jika dijalankan dengan cara yang ekstrim dan radikal, agama berpotensi menjadi tembok yang memisahkan antar sesama manusia. Bahkan agama bisa disalahgunakan menjadi penyebab konflik. Sejarah mencatat begitu banyak pertumpahan darah terjadi, perang besar dengan jutaan nyawa melayang percuma karena simbol-simbol agama.

 

*PANCASILA ADALAH IDEOLOGI BANGSA YANG MEREKAT PERSATUAN*

 

Ideologi kebangsaan kita adalah Pancasila. Dalam masyarakat majemuk Indonesia yang berbeda agama, suku dan bahasa, Pancasila menjadi perekat yang mempersatukan.

 

Sayangnya, pengajaran tentang Pancasila sebagai ideologi kebangsaan sudah sangat jauh berkurang, kalau tidak bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Dua dekade yang lalu nilai-nilai Pancasila sangat akrab di telinga dan hampir dapat didengar disetiap kesempatan. Sekalipun metode pengajaran Pancasila waktu itu terkesan formalistik, dogmatis dan indoktrinasi tapi minimal pengenalan tentang Pancasila masif dilakukan.

 

Selama era reformasi sejak 1998 pengajaran tentang Pancasila sebagai ideologi bangsa seakan terbang lenyap dibawa angin reformasi.

 

*INDONESIA KRISIS IDEOLOGI*

 

Ketidakseimbangan besar terjadi antara pengajaran agama, yang mempersatukan pemeluk agama yang sama, dengan pengajaran ideologi bangsa, yang merekatkan persaudaraan sesama anak bangsa walau tidak seagama.

 

Anak-anak kita yang duduk dibangku Taman Kanak-kanak sampai SMA biasanya mendapat pengajaran agama di tempat ibadah masing-masing. Sudah dibekali agama di Mesjid, Gereja, Pura, Vihara dan tempat-tempat ibadah lainnya, masih ditambah pula dengan pelajaran agama di sekolah.

 

Hal itu berbanding terbalik dengan pengajaran tentang Pancasila.

Pembinaan dan pemahaman ideologi Pancasila justru dihapus dari kurikulum sekolah. Tidak ada lagi mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila di sekolah-sekolah.

 

Ketika pemahaman Ideologi Pancasila dikeluarkan dari sistim pendidikan dan tidak diajarkan kepada masyarakat secara luas, hancurlah dasar dan perekat persatuan bangsa.

 

Jangan heran jika bibit-bibit radikalisme tumbuh subur dihampir semua lapisan masyarakat. Bahkan desakan untuk mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain semakin kencang terdengar.

 

Karena dengan tidak diajarkannya ideologi Pancasila sebagai dasar bernegara, maka kita hanya kuat dalam keagamaan tapi lemah dalam kebangsaan.

 

*SOSIALISASI PEMAHAMAN IDEOLOGI PANCASILA ADALAH TANGGUNG JAWAB BERSAMA, BUKAN HANYA PEMERINTAH*

 

Walau sedikit terlambat, Presiden Jokowi patut diapresiasi ketika membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP). Seharusnya Unit Kerja ini dibentuk ditahun pertama pemerintahannya, bukan di dua tahun terakhir.

 

Mengingat beratnya tantangan untuk membumikan kembali pemahaman mengenai ideologi Pancasila, maka tugas ini bukan hanya menjadi tanggung-jawab UKP PIP saja. Seluruh Aparatur Sipil Negara /pegawai negeri wajib mendukung penuh upaya ini.

 

Bahkan setiap komunitas masyarakat perlu terlibat langsung membantu UKP PIP agar pembinaan ideologi Pancasila dengan cepat tersosialisasi di masyarakat.

 

Dengan kokohnya ideologi Pancasila dan kuatnya ketakwaan beragama di masyarakat, akan menjadikan Indonesia sebagai bangsa dengan kehidupan beragama yang kuat dengan wawasan kebangsaan yang kokoh.

 

Jakarta, 14 Juni  2017

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here