Bos In Lingua: Ada sapi dalam mulutnya

0
1604

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

 

 

Kita semua mengenal binatang yang disebut “sapi”. Susu dan dagingnya kita konsumsi hampir tiap saat. Sapi menjadi populer pada saat hari besar keagamaan karena ketersediaan daging sapi yang biasanya kurang sehingga harus mengimport dari luar negeri. Dan melalui proses import benda penting itu terkadang terkuak kasus korupsi yang melibatkan banyak orang penting. Cerita-cerita yang berkaitan dengan korupsi sapi ini, apalagi yang dilakukan oleh petinggi dengan kadar spiritualitas tinggi, telah menjadi bagian integral dari memori kolektif warga bangsa. Hal yang selalu menjadi pertanyaan retorik warga bangsa adalah mengapa syahwat korupsi selalu berkobar-kobar pada level itu yang dari segi kekayaan mereka sudah amat tercukupi. Mengapa barang-barang yang dikorupsi itu acapkali barang yang memang amat dibutuhkan masyarakat misalnya sapi, kitab suci, keterangan penduduk??

 

Kata “sapi” digunakan juga dalam peribahasa, atau dalam kata kiasan. Ada peribahasa yang cukup populer yang berbunyi “kerbau punya susu, sapi punya nama”. Peribahasa ini mempunyai arti “seseorang yang membuat  kebaikan, tetapi orang lain yang mendapat pujian”. Pada kata kiasan kata “sapi” kita temukan pada bentuk “sapi perah”. Dalam contoh kalimat berikut hal itu cukup jelas. “Oleh karena ia kaya dan murah hati, maka ia menjadi sapi perah dari organisasi itu”

 

Buddha memberikan kata-kata wisdom yang cukup.menarik diseputar “sapi”. Pria bertumbuh seperti sapi, tumbuhnya dalam ukuran, bukan dengan kebijaksanaan, kata Sang Buddha. Buddha dalam konteks ini memberi kritik terhadap para lelaki yang bertumbuh dalam fisik tetapi tetap minim dalam hal kebijaksanaan. Ia berharap agar pertumbuhan itu benar-benar mewujud dalam hal kebijaksanaan.

 

Tentu apa yang disampaikan Buddha itu bertolak dari pengalaman kasuistik dizamannya. Dalam banyak kasus yang lain kita bertemu dengan sosok lelaki yang secara fisik kuat, bertumbuh badannya tapi makin dalam juga wisdomnya. Pepatah yang dikutip diawal tulisan ini sebenarnya bicara tentang ‘suap’. Suap dalam arti seseorang yang memberikan sesuatu kepada orang lain dengan maksud agar orang yang disuap itu memperhatikan kepentingan sang penyuap. Apa hubungan suap dan sapi? Konon pada zaman dulu pada setiap uang logam selalu ada gambar sapi. Agama-agama mengajarkan agar umat hidup dengan jujur, mengikuti prosedur, tidak menyuap dan disuap. Hal yang diperbolehkan secara etis adalah *menyuapi makanan* kepada orang yang sakit, atau *disuapi makanan* jika kita sedang sakit. Menyuap dengan uang, benda apapun, ataupun disuap dengan uang, sepeda atau benda apapun itu termasuk yang dilarang! Mari hidup dengan jujur dan mempraktekkan sikap *ugahari* !!

 

Selamat berjuang! God bless.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here