Oleh: Pdt. Jacobus Manuputty
Kecenderungan kuat utama manusia dimanapun, selalu memikirkan diri sendri, kepentingan sendiri dan ujung-ujungnya adalah.. ingat diri. Karena dirinya dianggap sangat berharga dan karena itu harus menjadi prioritas utama/primer, dan dengan demikian sesama menjadi yang sekunder. Ini sangat-sangat wajar dan sangat manusiawi, tetapi tidak Rokhani dalam perspektif Iman. Mengapa? Karena Allah saja, sekalipun ada di Sorga tetapi selalu memikirkn manusia dan sesamanya didunia ini.. masakan manusia hanya memikirkan dirinya sendiri. Itu landasan filosofis teologisnya. Yang “Transenden” (Allah yang tidak terjangkau) telah menjadi “Immanen” (bersama kita).. yang “Illahi” telah menjadi sama dan menyatu dengan yang “provan”. Alasan substansialnya sama : “Karena DIA memikirkan manusia”, DIA ingat manusia dan tidak ingat diriNya sendiri(Filipi 2:1-11)
Mengapa kita harus memikirkn sesama? Ada 4 alasan mendasar :
1. Sesama Adalah Identifikasi Kehadiran Allah :
Kalau anda mau bertemu dengan Allah, anda tidak bisa menjangkau-NYA..karena DIA ada disorga dan anda didunia. Tetapi anda bisa bertemu dengan Allah lewat sesama..karena sesamu adalah representasi kehadiran Allah dalam wujud yang nyata. Itu kata Tuhan : “Apapun yang kamu perbuat untuk seorang yang hina sekalipun, kamu telah perbuat untuk Aku. Karena Tuhan selalu solider dengan manusia, dan Dia mau agar kita juga punya rasa solidaritas yang tinggi bagi sesama. Sebab dunia yang Allah ciptakan ini, bukan untuk kita seorang diri, tetapi untuk kita bersama makhluk ciptaanNya.
2. Mengurangi Ego :
Dengan memikirkan sesama, maka manusia telah keluar dari dirinya sendiri. Ia telah meninggalkan “sarung egosentrisnya” dan sadar bahwa ia tidak sendiri ada di dunia ini. Bahwa ternyata ada orang lain yang harus dia pikirkan, karena dia tidak sendiri(lonely man). Baik dirumah, dengan tetangga, dengan teman, di gereja, di kantor, di lingkungan masyarakat, sampai diseluruh dunia manapun itu. Karena sikap egocentris itu bertentangan dengan hakekat manusia sebagai “makhluk sosial”. Dan apabila itu terjadi maka manusia telah mengingkari hakekat dirinya sendiri dan bersikap “asosial”.
3. Ada Simpati dan Empati :
Orang-orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri, pasti kurang bersimpati dengan sesama. Karena orientasi hidupnya hanya bertumpu pada dirinya sendiri(egocentris), hanya ingat diri sendiri(egois) dan karena itu tidak simpatik. Sebaliknya, dengan memikirkn sesama maka timbul Simpati. coba ikut merasakan perasaan orang lain. Timbul Empati dengan berusaha menempatkan dirinya pada diri sesama. Kata Tuhan : “Menangislah dengan orang yang menangis dan tertawalah dengan orang yang tertawa”.
4. Dunia akan Bahagia :
Kalau dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang selalu memikirkan sesama, maka betapa bahagianya manusia yang mendiami isi dunia ini. Tidak akan ada kelaparan, kemiskinan dan kesulitan hidup, karena manusia saling memperhatikan dan mau berbagi dengan sesama. Ada keinginan berbagi, ada kepedulian dan rasa senasib sepenanggungan. Ada dorongan untuk jadikan dunia ini bahagia, ada perhatian satu sama lain, ada kasih mengasihi, dan itu yang membuat dunia ini penuh Kebahagiaan. Karena jangan lupa, Kebahagiaan manusia itu juga Kebahagiaan Allah, karena Allah sumber Kebahagiaan itu.
Sebaliknya dunia ini akan sepi, kalau berisi manusia-manusia Egois dan hanya Ingat diri sendiri. Sekarang, dimanakah anda dan saya mau menempatkan diri. Apakah hanya memikirkan diri sendiri, atau turut memikirkan sesama. Saya yakin anda masing-masing sudah punya jawabannya.