JANGANLAH TAKUT.;SEBAB AKU TELAH MENEBUS ENGKAU, AKU TELAH MEMANGGIL ENGKAU DENGAN NAMAMU, ENGKAU INI KEPUNYAANKU (Yesaya 43: 1b)

0
3431

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

 

 

Dunia yang sedang kita hidupi dan hadapi sekarang ini adalah sebuah dunia yang menakutkan. Bukan lagi dunia yang ramah, yang nyaman dan menyegarkan yang menghadirkan sebuah kehidupan yang damai, guyub dan saling menghormati satu sama lain. Suasana yang dicekam roh ketakutan itu bukan saja hadir dalam dunia maya, di medsos, tetapi juga dalam dunia nyata, dalam kehidupan sehari-hari.

 

Realitas seperti itu tidak saja terjadi di Jakarta yang akan memasuki Pilkada putaran kedua, tanggal 19 April 2017, yang tiap hari dipompakan spirit sara dalam beragam bentuk, seolah rakyat akan memilih pemimpin agama, dengan insinuasi-insinuasi vulgar bahkan bodoh. Roh ketakutan itu menjalar hampir keseluruh ruang di negeri ini bahkan merambah ke dunia global. Pemboman pada saat umat Gereja Koptik Mesir menjalankan ibadah mereka belum lama ini membuktikan dengan amat jelas bahwa dunia tengah diserbu oleh kekuatan diabolis yang in the long term akan meruntuhkan peradaban umat manusia.

 

Ketakutan yang melanda masyarakat Jakarta yang terakhir amat beragam, mulai dari penculikan anak, begal, rampok, kejahatan seksual hingga ‘ketakutan politik’ berhubungan dengan rencana satu kelompok tertentu mengirimkan 100 orang ke setiap TPS di Jakarta untuk mengawasi proses pelaksanaan pencoblosan di TPS. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan takut, ketakutan? Takut, perasaan tidak berani untuk menghadapi sesuatu. Secara psikologis takut adalah ‘tanggapan emosi terhadap ancaman, mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu seperti rasa sakit atau ancaman bahaya’

 

Menurut para psikolog, takut adalah emosi dasar selain kebahagiaan, kesedihan dan kemarahan. Itu berarti bahwa rasa takut adalah sesuatu yang ‘built in’ dalam kedirian manusia yang akan mewujud jika ada faktor luaran yang mempengaruhinya.

 

Hari Minggu ini umat Kristen dan Gereja-gereja merayakan hari raya Paskah, hari kebangkitan Yesus dari kematian. Kita tahu kata ‘Minggu’ berasal dari bahasa Portugis ‘dominggo’ yang artinya ‘hari Tuhan’, the day of the Lord. Kita bersyukur kata ‘Minggu’ yang digunakan dinegeri ini bukan kata lain misalnya *Ahad*.

 

Penggunaan kata Minggu dan libur hari Minggu harus kita pertahankan dengan argumen yang rasional sehubungan dengan muncul nya wacana untuk mengubah kata Minggu menjadi Ahad, sekaligus mengubah hari libur dari hari Minggu ke hari Jumat. Sejujurnya ketakutan pemberlakuan syariat agama dalam kehidupan kita membangsa dan menegara bahkan dengan pelbagai sistem ketatanegaraannya yang mengemuka akhir-akhir ini makin menambah daftar ketakutan kita sebagai warga Gereja.

 

Dalam sukacita Paskah yang menjamah kita hari-hari ini karena Yesus Kristus bangkit mengalahkan kuasa kematian, pernyataan nabi Yesaya menguatkan kedirian kita. Ada 4 hal yang ditegaskan Yesaya : Jangan Takut, Aku telah menebus Engkau, Aku memanggil engkau, Engkau Kepunyaanku. Keempat hal yang di nyatakan Yesaya ini amat penting dan fundamental bagi kekristenan kita kini dan disini, bahkan dalam menapaki masa depan.

 

Mari bersukacita karena Yesus bangkit pada hari raya Paskah. Kita ukir sejarah baru di kekinian dunia tanpa rasa takut !

 

Selamat Merayakan Paskah. God bless.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here