Oleh: Pdt. Jacobus Manuputty.
Hampir setiap keputusan yang kita ambil dalam menjalani kehidupan ini, selalu didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan akal, pikir, rasa, emosi dan analisa-analisa perspektif masa depan. Kita selalu beranggapan apa yang kita pikirkan sebelum ambil keputusan itu sudah tepat dan akurat menurut pertimbangan-pertimbangan manusia kita. Kita kadang lupa bahwa, akal pikir kita itu hanya serat-serat halus yang melekat di otak kita dan bisa eror.
Demikian pula dengan visi dan misi kita untuk masa depan hidup ini, yang kadang membuat kita terlalu andalkan kemampuan dan kekuatan otak kita untuk menerawang berbagai kemungkinan bagi masa depan kita. Kita kadang berpikir bahwa semua rencana kita sudah save, aman-aman saja dan tidak ada masalah serius. Kadang malah kita terlalu “over confidence” alias kelewat pede pada diri kita sendiri.
Disinilah kadang kita lupa bahwa, Tuhan tidak kita ikut sertakan dari sejak awal perencanaan hidup ini. Kita tidak lebih dulu tanya Tuhan, apakah semua yang saya pikir rencanakan serta bayangkan dan pertimbangkan ini, sudah sesuai dengan kehendak-Nya atau tidak. Apakah Tuhan berkenan terhadap semua rancangan-rancangan hidup kita. Karena jangan lupa, diatas semua rancangan kita ada rancangan Tuhan.
Karena itu Tuhan kadang menguji hati kita, apakah hati dan pikiran kita selalu menyatu dengan hati dan kehendak Tuhan. Atau jangan-jangan semua itu hanya selera dan nafsu manusia kita sendiri tanpa mau tahu dan mengindahkan serta menghiraukan Tuhan sama sekali, disitulah kegagalan iman kita. Nanti kalau ada apa-apa baru kita ingat Tuhan. Kalau sudah hadapi hambatan-hambatan serius baru datang kesadaran telat kita.
Kalau semua masih aman-aman saja, Tuhan seperti tidak ada dan “tersingkir” dari benak pikir kita. Tuhan kadang layaknya “anak tiri yang dinomor-duakan”, atau “makanan pencuci mulut” yang ditempatkan terakhir sekali. Kadang Tuhan merasa tidak dihiraukan dan “tidak dihargai” oleh kita, dan itu menyedihkan hati-Nya. Kalau hati Tuhan kita sedihkan, maka Dia bisa membiarkan kita terombang-ambing dalam hidup.
Karena itu, peringatan Tuhan untuk kita semua agar terus jadi renungan kita bahwa, “setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati”(Amsal 21:2). Jadi hidup orang percaya itu Tuhan mau bilang, jangan cuma pakai otak untuk berpikir, tetapi juga pakai hati untuk merasakan bisikan suara Tuhan. Jangan cuma pakai rasa yang kadang keliru, tapi minta Roh Tuhan untuk memberi arah.
Jangan cuma pakai akal dan pertimbangan-pertimbangan sendiri untuk ambil keputusan-keputusan, tetapi tanya dulu apakah itu yang Tuhan perkenan dihati-Nya. Jangan kalau sudah susah baru cari Tuhan, kalau hidup penuh masalah baru sadar bahwa Tuhan itu penting dan diperlukan. Ini yang kadang terjadi dan berulang kita lakukan baik sadar atau tidak. Seakan kita ingin mencobai Tuhan dengan sikap dan perilaku hidup kita.
Hargai Dia, hormati Dia, tempatkan Dia terhormat didalam setiap pengambilan keputusan hidup kita. Agungkan Dia didalam hidupmu, ada atau tanpa masalah. Karena disinilah Tuhan benar-benar ingin menguji ketulusan dan kesucian hati kita. Marilah kita terus renungkan diri dan buka hati kita di Minggu-minggu Pra Paskah ini, siapa kita dihadapan Tuhan. Minggu-minggu yang harus kita pakai untuk mawas diri dihadapan-Nya.
Happy beautiful Weekend my dearest! Gb.