Kawan Rocky, Rachlan, Bambang, Nana yang kucintai
Kita adalah aktivis yang tumbuh bersama memperjuangkan nilai-nilai universal hak azasi manusia, non-diskriminasi, non-sektarianisme, anti kekerasan, sensitif gender , tata kelola pemerintahan yang baik. Kita bahu membahu memperjuangkannya bersama-sama dalam Amandemen UUD 1945, UU serta peraturan yang terbit setelahnya.
Dari aktivis yang non-partisan, kita sekarang telah menjadi partisan. Masuk partai, atau mendukung kandidat secara independen telah membawa kita pada posisi yang berlawanan dalam Pilkada DKI. Itu adalah pilihan kita masing-masing dan itu wajar. BW dan Nana di kubu Paslon 3, Rocky dan Rachlan dikubu Paslon 1 , dan saya di kubu Paslon 2, kubu Petahana.
Sebagai satu generasi aktivis yang berjuang sejak dari jaman Orde Baru dan aktif membangun dasar-dasar Indonesia baru setelah reformasi, seharusnya nilai dan prinsip yang selama ini kita perjuangkan, tetap kita bawa di tempat dimana kita berkiprah sekarang. Seharusnya, dengan keberadaan kita, maka nilai-nilai yang kita perjuangkan tersebut mewarnai dan menjadi landasan Pilkada DKI.
Sangatlah menyedihkan bahwa Pilkada dimana kita berkiprah, justru diwarnai dengan nilai-nilai yang berlawanan dengan nilai-nilai yang kita perjuangkan selama ini. Persaingan untuk memenangkan Pilkada diwarnai dengan issue sektarianisme, tanpa ada upaya perlawanan apapun dari kawan-kawan yang berada di kubu yang berseberangan dengan petahana. Bahkan, proses peradilan yang dipaksakan terhadap petahana, yang diprotes oleh hampir semua lembaga HAM dunia dan Indonesia, tidak mendapatkan reaksi apapun dari Rachland Nashidiq yang dulu aktif di Imparsial, lembaga HAM yang dipimpin alm Munir, atau Bambang Widjojanto, mantan Direktur LBH yang pernah mendapat Kennedy Award untuk hak perjuangannya membela HAM.
Kalian memang tidak pernah mengucapkan hal-hal yang bersifat sektarian, namun kalian diam pada saat paslon petahana lawan kalian dibully atas ucapannya yang dituduh penghinaan agama, yang sebenarnya dibuat-buat. Yang lebih parah lagi, Rachlan, kau menandatangani siaran pers atas nama Paslon yang kau dukung yang mengkritik ucapan dan cara pengacara dan petahana di sidang pengadilan membela dirinya, yang sebenarnya berada dibawah wewenang dan kekuasaan hakim. Mengkritik ucapan yang diijinkan oleh Hakim Ketua di sidang yang dia pimpin merupakan penghinaan terhadap wibawa hakim. #penghinaanhakim
Kita bisa berbeda pandangan dalam memandang apakah tindakan relokasi petahana merupakan penggusuran, soal reklamasi, soal partisipasi, soal rusunawa atau kampung deret. Perbedaan itu memperindah pilkada dan mempertajam issu-issue kerakyatan yang harusnya kita perjuangkan di masing-masing kubu kita.
Namun, janganlah kita gadaikan nilai-nilai dasar kebangsaan kita demi kemenangan Pilkada. Karena walaupun salah satu kandidat dari kita menang dengan menggadaikan nilai-nilai tersebut, maka yang kalah adalah bangsa ini, kita akan mundur 88 tahun, kembali ke jaman pra Kongres Pemuda 1928. Memainkan issu sektarianisme seperti mengipasi api dalam sekam, seperti bom waktu, yang suatu saat, hanya karena pemicu kecil, akan membakar dan meledakkan bangsa dan negeri ini menjadi hancur lebur. Apabila itu terjadi, kita semua akan kalah. Kita sudah punya pengalaman dengan Ambon dan Poso, marilah kita cegah. #cegahAmbonPosodiDKI
Dengan diam terhadap apa yang sedang terjadi saat ini terhadap Ahok, kalian menghianati perjuangan kita dan mempunyai andil yang besar terhadap upaya penghancuran fondasi kebangsaan negeri ini.
Tidak usah mengelabui warga DKI dengan mengatakan kandidat yang telah kalian dukung tidak pernah mengucapkan hal-hal yang bersifat sektarianisme, karena semua itu sangat gamblang terjadi di depan mata kita semua. Mendiamkan apalagi mengambil untung dari penggorengan issu itu di publik sama bersalahnya dengan mengucapkan kata-kata tersebut langsung dari mulut kandidat yang kalian dukung.
Dalam sisa waktu kampanye yang tinggal beberapa hari lagi, mari kita tegakkan nilai-nilai yang kita perjuangkan bersama selama ini, menunjukkan kepada saudara sebangsa dan setanah air bahwa kita berguna dalam Pilkada ini. Mari kita bela integritas dari demokrasi yang sedang kita jalankan. Usulan saya sangat mudah:
1. Hentikan kampanye Gubernur Islam, pilih 1 atau 3, atau apapun yang bernuansa sektarian.
2. Keluarkan pernyataan bersama kepada warga DKI, pilihlah Cagub yang paling berintegrita bukan karena agamanya dan yang mempunyai program paling realistis untuk kemajuan Jakarta. #cagubpalingrealistis
3. Keluarkan pernyataan yang mengembalikan wibawa dan independensi hakim, bahwa ucapan dan tindakan di dalam sidang yang diijinkan oleh hakim adalah hak hakim, bahwa menyatakan itu sebagai penghinaan merupakan serangan terhadap wibawa dan independensi hakim #penghinaanhakim
3. Kalahkan petahana lewat program yang lebih baik, mari kita cerdaskan warga DKI dengan program-program par-excellent. #bersaingsehat.
Jakarta, 4 Februari 2017.
Emmy Hafild