Peran dan Kesaksian Kekristenan Dalam Pemerintahan Masyarakat Majemuk Perlu Diperkuat!

0
4317

logo copy

Press Release Seminar RCRS:

 

Jagad politik Indonesia akhir-akhir ini mengalami dinamika signifikan dengan hadirnya pejabat-pejabat publik yang memperoleh dukungan rakyat. Rakyat di negeri ini seakan memiliki tumpuan baru untuk hadirnya Indonesia yang lebih baik dengan tampilnya tokoh-tokoh bermutu tersebut. Persoalannya, hadirnya Indonesia yang lebih baik mesti diperjuangkan dengan segenap tenaga, dan oleh segenap rakyat Indonesia. Kekristenan dalam hal ini layak menunjukkan partisipasi nyata untuk mewujudkan Indonesia yang adil, damai dan sejahtera.

 

Berangkat dari realitas di atas, peran dan kesaksian kekristenan dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk amat dibutuhkan dan merupakan sebuah keniscayaan. Maka dari itu, Reformed Center for Religion and Society (RCRS) menghadirkan tokoh-tokoh yang telah menunjukkan dedikasi dan perjuangannya dalam seminar sehari yang diselenggarakan di Katedral Mesias RMCI, Jakarta, pada Sabtu, 17 Januari 2015. Acara ini direlay ke 24 tempat, termasuk luar negeri.

 

Seminar itu menampilkan Prof. James W. Skillen, Ph.D, pendiri Center for Public Justice, Maryland, AS. Yang kedua Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M, gubernur DKI Jakarta. Dan yang ketiga adalah Pdt. Dr. Stephen Tong, seorang filsuf, teolog, budayawan dan pendiri RCRS. Ketiga pembicara ini dipandu oleh moderator Pdt. Benyamin F. Intan‎, Ph.D., yang juga direktur eksekutif RCRS.

 

James Skillen yang tampil pada sesi pertama menyatakan bahwa orang Kristen dipanggil untuk melayani dan mengasihi sesama. Menurutnya, kita tidak dipanggil untuk menghakimi manusia lainnya. Dia juga mengatakan bahwa kita harus mendorong anak-anak muda untuk menjadi orang yang melayani publik dan melihat mereka menjadi pejabat yang akan mempromosikan dan menegakkan keadilan.

 

Lebih jauh Skillen memaparkan, salah satu cara menunjukkan kasih terhadap sesama adalah dengan menunjukkan keadilan. Dan orang Kristen, sesuai perintah dalam Alkitab, harus memikirkan keadilan bagi sesama. Pemerintah yang tidak adil itu memalukan dan merupakan pemberontakan terhadap Allah. “Kita sebagai masyarakat dalam segala aspek harus menghormarti pemerintah, sebaliknya pemerintah harus melakukan keadilan. Sebab tugas pokok pemerintah adalah menegakkan keadilan,” ujarnya. Skillen selanjutnya menjelaskan, untuk menjaga agar pemerintahan itu bersikap adil, maka kekuasaan pemerintah tersebut harus dibatasi, artinya mesti ada perbedaan mana yang menjadi tanggung jawab pemerintah, dan mana yang tidak.

 

Senada dengan James Skillen, Basuki Tjahaja Purnama mengakui bahwa seorang pejabat publik mestinya memberikan keadilan kepada semua, tidak hanya pada penganut agama tertentu, tetapi kepada semua. Selanjutnya Gubernur DKI Jakarta yang populer dengan nama panggilan Ahok ini juga menjelaskan bahwa di Indonesia, bukan mustahil seorang minoritas yang memiliki integritas dan bijaksana dapat menduduki jabatan publik yang penting, sebagaimana yang dia alami. Memang, untuk menduduki jabatan penting tersebut menurutnya tidak mudah bagi seorang yang berasal dari kelompok minoritas, tapi pengalaman Basuki Tjahaja Purnama yang kini menjadi orang nomor satu di Jakarta menepis anggapan itu. Beliau juga mengingatkan, bahwa Allah sungguh berdaulat atas dunia dan pemerintahan yang ada, dan pertolongan Tuhan yang berdaulat itu dirasakannya dalam memimpin Jakarta. Menurutnya, menurunnya harga minya dunia, yang mengakibatkan turunnya harga BBM di dalam negeri adalah sebuah anugerah Tuhan yang memungkinkan pemerintahan yang baru saat ini dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. “Itu menunjukkan bahwa kedaulatan Allah ada dalam dunia ini, dan itu pun harus menjadi pegangan bagi semua pejabat publik,” kata mantan anggota DPR RI yang populer dengan nama Ahok tersebut.

 

Sementara Pdt DR Stephen Tong yang tampil dalam sesi ketiga mengatakan bahwa minoritas selalu memiliki tempat yang penting dalam sejarah. Misalnya, Yusuf, Daniel, nabi-nabi, rasul-rasul, Yohanes Pembaptis, dan Yesus, adalah minoritas. Minoritas yang membentuk sejarah, asal saja minoritas itu mengetahui posisinya, visi, tugasnya, dan kemungkinan potensinya berkembang menjadi berkat mayoritas. “Ketika minoritas berjuang untuk mayoritas, saat itu dia terlepas dari minoritas,” ujar Stephen Tong.

 

Orang Kristen adalah hati nurani masyarakat. Kalau orang Kristen tidak menjaga peranan sebagai hakim, hati nurani masyarakat, berarti tidak ada pengaruhnya di dunia. Dunia ini harus melihat patokan dan contoh. Masyarakat punya hati nurani, dan hati nurani itu adalah orang Kristen. Orang Kristen adalah hari nurani masyarakat sekalipun minoritas. “Orang Kristen harus punya sikap yang benar-benar adil melihat segala sesuatu. Bila ada sesuatu yang tidak adil kita merasa terganggu, terluka, karena kita adalah hati nurani yang bisa melihat dan menilai dengan keadilan sebagai patokan,” katanya.

 

Orang Kristen harus punya kepekaan di dalam mengevaluasi segala sesuatu yang terjadi dalam masyarakat. Orang Kristen harus punya pandangan yang jernih dan tajam sehingga bisa melihat arah dan bahaya. Pendiri RCRS ini mengingatkan, “Pemerintah mendapat kuasa dari Tuhan, tetapi banyak pemerintah yang buta. Padahal sebelum dipilih masih bisa melihat jelas. Tetapi setelah menduduki jabatan, matanya mulai kabur”. Dia juga mengatakan bahwa kita harus punya keberanian untuk menegur. “Di dalam masyarakat yang semakin majemuk kita harus menjadi hati nurani, menjadi kompas , nabi, contoh, lokomotif,” tegasnya.