Hukum Tabur Tuai

0
2432

 

 

Berpijak pada pernyataan Paulus dalam Galatia 6:7: “Jangan sesat”, dalam teks asli Alkitab ditulis me planasthe (Μὴ πλανᾶσθε). Maka kita harus sungguh-sungguh berhati-hati terhadap fakta penyesatan berkenaan dengan hukum ini. Dalam terjemahan Alkitab New International Version diterjemahkan be not deceive, dalam terjemahan Good News Bible diterjemahkan do not deceive yourselves. Terjemahan bahasa Inggris tersebut bisa diartikan sebagai: Jangan tertipu atau menipu diri sendiri. Kata planasthe, dapat diterjemahkan “astray” yang berarti sesat atau di luar jalur yang benar atau jalan yang salah. Jadi kalimat me planasthe bisa diterjemahkan “not led be astray”.

 

Pemikiran yang salah dalam diri kita itu merupakan potensi penyesatan yang harus diwaspadai. Kalau Tuhan sendiri yang memperingatkan hal itu, berarti adalah suatu bahaya besar akibat dari penyesatan tersebut. Oleh sebab itu betapa pentingnya kita mengerti kebenaran Firman Tuhan dan selalu mengalami pembaharuan pikiran setiap hari (Rm. 12:2).

 

Hukum tabur tuai ini mirip dengan konsep “karma” dalam suatu agama. Mirip bukan berarti sama persis. Hendaknya kita tidak menyamakan. Dalam hukum karma tidak ada solusi penebusan oleh darah Tuhan Yesus, tetapi dalam hukum tabur tuai masih ada penopangan, di mana Allah Bapa masih memakai tuaian yang kita tabur (sekali pun salah) menjadi alat untuk menyempurnakan kita. Di tengah penderitaan hasil taburan kita, selama kita masih mau mengasihi Tuhan, Dia akan menjadikannya sebagai sarana untuk menyempurnakan kita. Kecuali kalau sampai kita mati dan tidak mau bertobat, maka semua menjadi sia-sia.

 

Hukum tabur tuai adalah bahwa segala sesuatu yang kita lakukan mempunyai akibat. Kenyataan ini berangkat dari 2 hal: Pertama, Allah adalah Allah yang telah memberi kehendak pilihan bebas kepada manusia. Dan Ia sendiri konsekuen dengan kebebasan yang telah diberikan itu. Sebagai buktinya, Allah meletakkan pohon ujian di taman Eden. Oleh sebab itu nasib manusia di tangan manusia itu sendiri.

 

Kedua, Allah adalah Allah yang adil yang menuntut pertanggung jawaban. Oleh sebab itu manusia adalah makhluk yang hidup di bawah bayang-bayang keadilan Allah. Itulah sebabnya Tuhan Yesus disalib untuk memenuhi hukum keadilan. Pelanggaran harus mendatangkan hukuman. Dosa mendatangkan maut. Manusia yang berdosa harus menerima ganjaran. Tetapi Tuhan Yesus yang telah menanggung ganjaran hukuman. Dalam hal inilah yang memuaskan hati Allah Bapa dalam menggenapi tuntutan keadilan Allah tersebut. Demikian pula dalam kenyataan hidup ini sekarang di bumi selagi kita masih hidup. Apa yang kita alami ada dalam koridor hukum tabur tuai. Orang yang bekerja keras pasti diberkati, tetapi yang malas tidak pantas diberkati.

 

Dengan penjelasan ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia adalah makhluk yang harus bertanggung jawab (Rm. 14:12) atas hidupnya di hadapan Tuhan, yaitu atas semua perbuatannya. Konsep takdir yang sering kita dengar dalam pergaulan bukanlah konsep Alkitab, bahkan itu bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan. Manusia bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Keadaan manusia bukanlah hasil dari penentuan nasib atau takdir. Oleh karenanya dunia ini bukan panggung sandiwara, tetapi medan pergumulan antara memilih yang jahat atau yang baik. Keberuntungan atau kemalangan. Kehidupan atau kebinasaan. Tuaian dari apa yang kita tabur itu bisa kita tuai baik selama hidup dalam dunia maupun sesudah mati (2Kor. 5:10). Apa yang kita tuai persis seperti yang kita tabur. Perhitungan Allah tepat (a person will reap exactly what he plants).

 

Oleh sebab itu kita tidak boleh hidup ceroboh. Dalam Galatia 6:7 Alkitab berkata: “Allah tidak dapat dipermainkan” (no one makes a fool of God, God is not mocked). Manusia berurusan dengan Allah dan tidak dapat menghindarinya. Semua yang kita lakukan dalam hidup ini menimbulkan reaksi dan tindakan Allah atas diri kita. Sebab kita adalah hasil karya-Nya. Ia sebagai hakim yang adil untuk memberkati orang yang hidup dalam kebenaran dan menghukum orang yang tidak hidup dalam kebenaran. Orang-orang bebal yang tidak peduli Allah dan penghakiman-Nya suatu hari kelak akan berhadapan kepada kenyataan yang tidak pernah ia duga. Pada waktu itu penyesalan baru datang, tetapi semua sudah terlambat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here