PDT. WEINATA SAIRIN: *PADA MULANYA ADALAH KATA*

0
1098

 

 

 

_”Be impeccable with your word. Speak with integrity. Say only what you mean. Avoid using the word to speak against yourself or to gossip about others. Use the power of your word in the direction of truth and love”_. (Miguel Angel Ruiz)

 

Terkadang memahami sosok seseorang itu tidaklah terlalu sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Ada banyak cara dan jalan untuk memahami hal itu. Beberapa pepatah atau ungkapan memberikan indikasi yang cukup kuat dalam konteks itu. Misalnya “Tunjukkan buku apa yang kau baca, maka aku kenal siapa dirimu!”. Atau yang setara dengan itu : “Katakan makanan apa yang kau suka, maka sudah ku tahu siapakah engkau”. Buku yang dibaca, makanan apa yang digemari sudah cukup untuk mengantar kita mengetahui siapa orang itu. Ya dalam tahap awal buku dan makanan yang acap dilahap seseorang maka kita tahu siapa orang itu. Untuk tiba pada tahap _mengenal_ perlu ada langkah lanjutan. Prof Dr Ihromi, MA ahli bahasa Semit yang lama mengajar di UI (kini sudah almarhum, istri beliau adalah Prof Tapi Omas Ihromi-Simatupang) membedakan arti kata _mengetahui_ dan _mengenal_. Menurut Prof Ihromi, seorang Sunda yang pernah menjadi Rektor/Ketua STT Jakarta, *mengenal* itu jauh lebih dalam dari sekadar *mengetahui* Dalam bahasa Ibrani, kata ‘mengenal’ ( *yada*) itu digunakan juga untuk menyatakan hubungan intim antara suami dan istri. Itulah sebabnya menurut Prof Ihromi kata ‘mengenal’ itu jauh lebih dalam dari kata ‘mengetahui’.

 

Bukan hanya buku dan makanan yang bisa mengantar kita untuk mengetahui pribadi seseorang tetapi juga musik, kata dan istilah yang sering digunakan.

 

Mengetahui pribadi seseorang itu sangat perlu dalam upaya kita membangun dan memantapkan relasi dengan seseorang. Misalnya pada suatu saat sohib kita itu merayakan HUT, kita kemudian mencari buku terbaru yang ditulis Dan Brown lalu kita hadiahkan kepadanya dengan antusias. Kemudian kita lihat buku Dan Brown itu tergolek saja dimejanya belum tersentuh. Baru kita tahu kemudian bahwa kawan itu tidak hobby membaca. Hobbynya memancing! Ia tentu tak kenal Dan Brown, Annemarie Schimmel, Agatha Christi, Karen Amstrong, Pramudya Ananta Toer.

 

Dalam sebuah komunitas baik kecil maupun besar mengenal anggota komunitas itu wajib hukumnya. Dalam kehidupan suami istri misalnya sejak awal kita sudah (berupaya) mengenal kesiapaan orang yang kita kasihi itu : apa hobbynya, warna apa kesukaannya, genre musik apa yg ia sukai, novel apa yang suka dibaca, film apa yang sering ditonton dan sebagainya dan sebagainya. Pengenalan terhadap hal-hal yang sifatnya pribadi  dan apresiasi terhadap hal itu sangat besar manfaatnya bagi penguatan rumah tangga.

 

Kegagalan sebuah rumahtangga acapkali juga disebabkan karena sejak dini kita gagal untuk memahami dan mengenali dengan lebih baik kawan seiring jalan yang kita kasihi itu. Ada juga kasus ketika anggota komunitas tidak sepenuhnya mengekspresikan kediriannya sehingga pengenalan terhadapnya jauh dari sempurna.

 

Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini mengingatkan kita tentang pentingnya kata-kata, _words_ dalam kehidupan kita. Sejak zaman baheula hidup manusia amat bergantung dan dipengaruhi kata-kata. Kata-kata yang baik dan positif membentuk kehidupan positif, dan sebaliknya jika ujaran kebencian yang diproduk berulang dan terus menerus maka kehancuran relasi dan kehancuran peradaban akan kita alami.

 

Mindset kita sebagai umat beragama seharusnya dipenuhi dengan narasi-narasi Kitab Suci yang menuntun kita bagaimana kita bertutur kata, diksi apa yang kita ungkapkan, bagaimana kita artikulasikan _ahlakul karimah_ dalam ruang praksis di kekinian zaman. Lantunan ayat-ayat Kitab Suci di tempat ibadah, mestinya mewujud dalam pikiran, sikap dan tindakan kita. Kita semua umat beragama dan Berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merindukan hal yang sama yaitu agar dalam sebuah NKRI yang majemuk yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 terwujud kehidupan yang rukun, penuh harmoni, respek terhadap keberbedaan, saling topang menopang dalam membangun kebersamaan yang solid.

 

Benar dan tepat jika Ruiz mengingatkan kita semua untuk menggunakan kata-kata dengan baik, menggunakan kata-kata kearah *kebenaran* dan *kasih* ; bukan untuk menipu, membohongi publik, menghujat pihak yang berbeda, meneriakkan dendam kesumat dan kebencian. Di tengah suasana syahdu menyongsong hari-hari nan fitri, hari-hari putih dan penuh syukur dan cinta kasih mari berkomitmen untuk menyuarakan kata-kata indah dan elegan sebagai tanda keberagamaan kita yang nyata.

 

Selamat berjuang. God bless.

 

*Weinata Sairin*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here