Masjid Kendalikan Penggunaan Plastik Selama Ramadan 1439 H: ‘Pantang Plastik’ Menjadi Akhlak Pribadi dan Akhlak Komunal yang Dibangun 

0
1381

 

 

Bandung, Suarakristen.com

 

Greenpeace Indonesia, organisasi kampanye global yang mempromosikan pelestarian lingkungan hidup hari ini menyelenggarakan acara buka puasa dengan konsep Eco Iftar di Masjid Agung Trans Studio Bandung. Kegiatan ini merupakan yang kedua kalinya setelah sukses diselenggarakan di Masjid Raya Pondok Indah Jakarta senin lalu.

“Pesan penting kami adalah pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dalam berbagai kegiatan masjid, seiring momen Ramadan dimana umat kerap berkumpul dalam skala besar. Kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye #PantangPlastik yang memberdayakan masyarakat perkotaan sebagai pelaku sekaligus target utama perubahan sikap,” jelas Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi.

Atha menyebutkan beberapa kategori single-use plastic (SUP) yang paling sering digunakan di Indonesia dan di seluruh dunia, yaitu botol plastik, kantong plastik, sedotan plastik dan wadah makanan yang terbuat dari plastik.

Urgensi pengendalian pemanfaatan plastik menurut Atha sudah sangat tinggi. “Indonesia adalah negara ke-2 setelah Cina dan merupakan satu di antara lima negara Asia Tenggara penyumbang sampah plastik terbesar di lautan dunia1,” tegasnya. Diperkirakan, konsumsi plastik setiap penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 250 juta ini dapat mencapai 17 kg per tahunnya2. Kekhawatiran ini teramplifikasi dengan fakta bahwa elemen plastik tidak dapat terurai dengan mudah oleh alam dan lautan bahkan dalam kurun waktu ratusan tahun.

“Bertepatan dengan momentum bulan suci Ramadan, Greenpeace hendak berusaha meningkatkan kesadaran umat Muslim melalui pendekatan religi bahwa sejatinya pelestarian lingkungan dan pemeliharan alam adalah bagian dari iman dan bentuk kecintaan kepada Allah S.W.T,” tambah Atha.

Kampanye #PantangPlastik yang diusung Greenpeace ini mendapat dukungan penuh dari pihak Majelis Ulama Indonesia. Hal ini ditegaskan dengan kehadiran Ketua Lembaga Pemberdayaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam MUI Dr. Hayu S. Prabowo di tengah-tengah para jamaah saat pelaksanaan kegiatan Eco Iftar perdana di Masjid Raya Pondok Indah beberapa waktu lalu.

Baca juga  Forum Penyelamat Demokrasi dan Reformasi (F-PDR) Meyakini Hakim MK Gunakan Hati Nurani dan Akal Sehat

Masih menurut Atha mengutip dari pernyataan Dr. Hayu saat Eco Iftar di Masjid Pondok Indah, “MUI melalui Fatwa Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah untuk Mencegah Kerusakan

Lingkungan menetapkan bahwa setiap muslim wajib menjaga kebersihan lingkungan, memanfaatkan barang-barang gunaan untuk kemaslahatan serta menghindarkan diri dari berbagai penyakit serta perbuatan tabdzir (berbuat sia-sia) dan israf (berbuat berlebih-lebihan). Salah satu bentuk penerapannya adalah melalui inisiasi Eco Masjid yang dipelopori oleh MUI dan Dewan Masjid Indonesia (DMI).”

Kampanye #PantangPlastik ini antara lain diwujudkan dalam upaya pengurangan penggunaan plastik sekali pakai saat kegiatan berbuka puasa yang diadakan di masjid-masjid di Jakarta dan Bandung.

Kini, pemanfaatan gelas keramik, piring kaca, bungkus daun pisang, atau wadah rotan digunakan lebih banyak di masjid-masjid yang dapat menghimpun ratusan hingga ribuan umat dalam sekali kegiatan massa ini. Diskusi kelompok atau kultum sebelum buka puasa, serta mimbar ceramah pun, diisi pesan-pesan ramah lingkungan untuk meningkatkan kesadaran yang lebih luas, selain itu kampanye ini menggugah inisiatif-inisiatif baru berwawasan hijau dalam lingkungan masjid di masa mendatang.

 

 

1 https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160222182308-277-112685/indonesia-penyumbang-sampah-plastik-terbesar-ke-dua-dunia

2 http://lipi.go.id/lipimedia/konsumsi-plastik-indonesia-tertinggi-kedua-di-dunia/15173

 

Tentang Greenpeace Indonesia

Greenpeace bermula dari sekelompok kecil orang yang memutuskan untuk bersama-sama memprotes pengujian nuklir di Amchitka, lepas pantai bagian barat Alaska. Setelah itu mereka melanjutkan perjuangan dengan membentuk Greenpeace dan kemudian melakukan kampanye dengan mengutamakan isu lingkungan. Salah satu prinsip dasar Greenpeace adalah “bearing witness” – atau menjadi saksi dan merekam perusakan lingkungan. Prinsip aksi langsung yang diiringi dengan konfrontasi damai, merupakan standar aksi dari tiap kampanye Greenpeace.

Greenpeace Asia Tenggara secara resmi didirikan pada tanggal 1 Maret 2000 dan telah banyak melakukan pekerjaan strategis. Termasuk menghentikan importasi limbah berbahaya, menentang pengiriman radioaktif, berkampanye melawan pembinasaan hutan, melobi pemerintah terkait isu-isu energi berkelanjutan dan menyoroti bahaya limbah pembakaran. Bersama kelompok-kelompok lokal lainnya, Greenpeace telah menggalang kampanye sukses di Filipina, Taiwan, India, dan Indonesia.

Baca juga  Kemenpan RB Pastikan ASN IKN Perkuat Tata Kelola Birokrasi

Greenpeace menjaga independensinya sebagai organisasi kampanye penyelamatan lingkungan dengan tidak menerima dana dari pemerintah, perusahaan atau pun partai politik. Tulang punggung pendanaan aktivitas Greenpeace berasal dari jutaan individu di seluruh dunia yang memberikan dukungannya terhadap organisasi ini.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here