Pdt. Weinata Sairin: Mengasihi dan Mengampuni Tanpa Henti

0
1292

 

 

“Humanum amare est, humanum autem ignoscere est. Mencintai itu manusiawi tetapi mengampuni itu juga manusiawi.”

 

Sebagai makhluk _fana_ , makhluk tak abadi, yang terbatas masa waktu keberadaannya, maka manusia benar-benar berlimbah dosa. Dosa itu menguasai pikiran manusia setiap saat, dosa mewujud dalam tindakan nyata dalam beragam bentuk mulai dari yang kecil, halus sama sekali tidak bisa di deteksi hingga yang benar-benar besar, yang amat kasat mata. Dosa itu inhaeren dan integral dengan kedirian manusia; ia menampilkan diri dalam bentuk dan wajah ganda. Dosa muncul dalam wujud korupsi, cyber crime, kejahatan perbankan, pembunuhan karakter, penyebaran fitnah dan desas-desus, kejahatan seksual, penipuan dan sebagainya, dan sebagainya.

 

Dalam beberapa waktu terakhir ini marak sekali berita di media masa  yang menginformasikan tentang terjadinya berbagai kasus pembunuhan : ada pembunuhan bayi karena hasil hubungan gelap, ada pembunuhan anak terhadap orang tuanya atau juga sebaliknya.

 

Tentu ada banyak faktor yang membuat manusia menampilkan cerita-cerita ketidakberadaban seperti itu. Ada pihak yang menyatakan atau bahkan menuding peran agama-agama yang tidak berfungsi dalam kehidupan umat manusia. Agama hanya sebatas “status” seseorang. Artinya orang sudah merasa “selesai”, sudah merasa “arrive” jika agama seseorang sudah tercantum dalam KTP mereka. Tentang pencantuman agama dalam KTP ini juga dalam praktek tidak selalu mudah dan sederhana. Dari pengalaman empirik banyak terjadi kesalahan penulisan  agama pada KTP yang difahami sebagai kesalahan administratif. Ada kasus yang baru saja secara riil terjadi tentang kesalahan penulisan nama dalam KTP.

 

Sebagai warga negara yang baik kita harus benar-benar cermat membaca agama  yang ditulis dalam KTP, juga dalam dokumen penting lainnya. Apakah benar agama yang tercantum dalam KTP kita itu sesuai dengan agama yang kita anut. Jika terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan maka harus segera dikoreksi. Sebuah Gereja di daerah Cawang Jakarta Timur belum lama ini mengalami kesulitan ketika seorang anggota Jemaatnya meninggal dan jenazah akan dimakamkan di TPU/Kristen. Petugas TPU tidak bersedia melaksanakan proses administratif pemakaman karena ternyata didalam KTP; almarhum tertulis agamanya itu bukan Kristen. Hal ini menimbulkan kesulitan dan kepanikan karena istri/anak almarhum tidak mengtahui adanya kesalahan penulisan agama. Petugas TPU meminta Surat Baptis atau Surat Keterangan Identitas almarhum dari lembaga Gereja tempat almarhum bergereja. Hal-hal teknis dan biasanya dianggap sepele seperti itu pada saat seseorang meninggal bisa menimbulkan problema. Untunglah pada akhirnya sesudah dibuat Surat Keterangan dari Gereja tentang agama almarhum maka pemakaman bisa dilaksanakan dengan baik.

 

Selain soal agama, artinya “kegagalan” agama untuk menjadi pemandu perilaku umat, disebut juga tentang ketidakmampuan dunia pendidikan memberi edukasi bagi umat sehingga perilaku mereka tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan perilaku orang yang terdidik. Ada juga yang menyatakan bahwa akhlak manusia yang rendah itu disebabkan lemahnya pendidikan dalam keluarga dan begitu kuatnya pengaruh budaya modern.

 

Walaupun “pamor” manusia kelihatan menurun dengan berbagai perilaku tak elok bahkan melawan UU, namun manusia sebagai makhluk mulia yang diciptakan Allah harus terus menerus berjuang menampilkan aspek mulia itu dalam realitas kehidupan. Manusialah yang paling bertanggungjawab dalam mengembangkan dan memajukan peradaban. Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dikuasai manusia harus digarap dengan lebih baik dan maju agar mampu menjawab perkembangan dunia modern dengan tantangan baru yang dihadapinya.

 

Pepatah yang dikutip diawal bagian ini menyatakan bahwa mencintai dan mengampuni itu manusiawi. Hidup manusia dalam interaksi dengan manusia lainnya adalah kehidupan yang mencintai, mengasihi, menyayangi. Lembaga-lembaga, komunitas, organisasi banyak yang pembentukannya dinafasi oleh rasa cinta, sikap peduli, keinginan untuk berbagi. Bara cinta kasih dan gelora kasih sayang yang selalu bergetar dalam diri seseorang akan menjadi power yang menyatukan banyak orang dari latarbelakng yang amat berbeda. Cinta kasih adalah api yang menghangatkan kehidupan manusia yang melaluinya seseorang di inspirasi untuk melahirkan gaya hidup yang baru yang memancarkan kasih sayang tiada akhir.

 

Memaafkan dan atau mengampuni adalah juga sesuatu yang khas manusia. Oleh karena manusia itu lemah, mudah berbuat dosa, maka manusia itu hidup harus saling memaafkan, saling mengampuni. Orang yang beriman itu tidak boleh menyimpan dendam, tidak elok menyimpan kemarahan itu sampai matahari terbenam. Manusia harus mau mengampuni sesamanya karena manusia itu sendiri mendapat pengampunan dari Tuhan. Tidak mungkin seseorang memohon pengampunan dari Tuhan tatkala ia sendiri tidak mau mengampuni sesamanya.

 

Dalam kehidupan dunia yang makin gaduh sekarang ini kita harus mencintai, mengasihi, menyayangi dan bukan membenci. Kita harus saling memaafkan dan saling mengampuni sehingga hidup kita lebih ringan dan nyaman. Mengampuni itu tidak kenal henti, tidak dibatasi waktu dan durasi. Mari mewujudkan hidup yang nyaman, aman dan damai.

 

Selamat Berjuang. God bless.

 

*Weinata Sairin*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here