Memandang kepada Allah Sang Pencipta

0
2456

Oleh: Pdt Martunas P. Manullang

Selamat sore dan salam damai sejahtera.

Inilah salah satu momen penting dalam pengalaman atau perjalanan hidup manusia.

Pertanyaannya, apakah hal ini dilakukan oleh manusia itu sebagai ungkapan dari, atau sebagai ekspresi dari: kesadaran akan dosa, penyesalan, mohon pengampunan, mohon pertolongan? Ataukah sebagai ungkapan dari: pujian, pengakuan, ucapan syukur dan permohonan?

Firman Tuhan hari ini yang menjadi renungan bagi kita tertulis pada Yesaya 17:7 : “Pada waktu itu manusia akan memandang kepada Dia yang menjadikannya, dan matanya akan melihat kepada Yang Maha Kudus, Allah Israel.”

Membaca pasal 17 mulai dari ayat 1 sd 6, memberi gambaran tentang hukuman Tuhan atas Israel.

 

Hukuman Tuhan itu membuat “kemuliaan Yakub semakin berkurang dan kemakmurannya akan susut” (17:4); “ladang gandum tidak ada untuk dipetik” atau panen yang sangat sedikit/kosong, tidak berarti (17:5-6); atau dengan kata lain “panen yang tidak berhasil” (tidak ada lagi persediaan untuk dimakan) dan juga  adanya “masa penderitaan” (17:10-11). Pada masa itulah, kesadaran umat mulai muncul dan kemudian adanya keinginan untuk mencari Tuhan.

Dengan perkataan lain, setelah merasakan hukuman dari Tuhan, barulah ada keinginan untuk mencari Tuhan dan mau menyembah-Nya.

 

Pertanyaannya kini adalah :

Di mana mereka selama ini?

Apa yang mereka lakukan dalam kehidupan dan peribadahan mereka? Mengapa mereka masih percaya kepada berhala-berhala dan bukan menyembah Allah yang benar.

Mengapa mereka belum (tidak) berbalik kepada Tuhan?

Bagi kita orang percaya, tentu pertanyaan-pertanyaan ini semua kiranya menyadarkan dan mengingatkan kita untuk mau “telaah posisi”, memeriksa keadaan hidup, kerja, relasi, ibadah, keluarga, rekreasi, dan lain sebagainya.

Apakah semuanya itu kita tempatkan di urutan kemudian setelah kita menempatkan siapa (atau apa) yang terutama dan terpenting dalam dan bagi hidup kita? SIAPAKAH YANG PALING UTAMA DALAM HIDUP INI?

APAKAH YANG PALING PENTING DALAM HIDUP KITA?

 

Janganlah kiranya sampai hukuman menimpa kita, barulah kita sadar akan kekeliruan, kesalahan dan dosa-dosa kita.

Marilah saudaraku, kita setiap saat menyerahkan diri kepada Tuhan. Hidup dalam kehendak Tuhan, kiranya menjadi pilihan utama bagi kita. MEMANDANG KEPADA TUHAN, ALLAH, PENCIPTA KITA. MENJADIKAN TUHAN YANG PALING PENTING (UTAMA) DALAM HIDUP KITA.

Selamat beraktivitas di hari ini. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Pdt Martunas P. Manullang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here