NATAL: Kelahiran Baru Menuju KemuliaanNya

0
1790

Oleh: Oscar Wirawan

 

 

Renungan dari Injil Yohanes 1:1-17

 

Peringatan hari besar keagamaan, seharusnya tidak dirayakan sebagai ritual pengulangan suatu peristiwa, tapi pendalaman pemahaman makna suatu peristiwa rohani. Setiap orang yang menelusuri pemahaman makna Natal, pasti akan mengerti bahwa Natal yang sesungguhnya bukan tentang tanggal 25 Desember, bukan tentang pohon Natal, juga bukan tentang Santa Claus, ataupun baju baru, sajian kue tertentu, bahkan juga tidak berhubungan sama sekali dengan ornamen salju, pernak pernik musim dingin di Barat dan warna hijau dan merah.

 

Natal sesungguhnya yang dinyatakan kepada dunia luas dimulai dari *bintang di Timur yang bersinar istimewa* disaksikan dan diikuti oleh beberapa orang bijak ahli perbintangan dari Persia sampai ke Yerusalem hingga *bintang itu bergerak mendahului mereka dan berhenti di atas tempat kelahiran Yesus Kristus di kota Betlehem* (Injil Matius 2:1-11). Betlehem saat ini adalah kota di kawasan Tepi Barat Palestina, secara historis memiliki arti penting bagi umat Kristen karena merupakan kota kelahiran Yesus Kristus. Di Betlehem juga bermukim komunitas Kristen Palestina yang terbesar di Timur Tengah. Betlehem terletak sekitar 10 km di sebelah selatan Yerusalem. Gereja kelahiran Kristus “(Church of Nativity)” dibangun di Betlehem oleh Konstantin Agung (tahun 330 Masehi), di atas sebuah gua yang dalam bahasa Inggris disebut “Holy Crypt” untuk menandai tempat Yesus Kristus dilahirkan.

 

Natal sesungguhnya adalah kabar sukacita yang disampaikan oleh malaikat Tuhan kepada para gembala di padang rumput yang menandakan bahwa itu bukan sedang musim dingin tentunya. Kabar sukacita yang disampaikan malaikat saat itu adalah, *“Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”*(Injil Lukas 2:10-11).

 

Natal sesungguhnya memang bukan ide manusia, bukan inisiatif manusia, sehingga tidak ada seorangpun yang siap menyambutNya dan menandai tanggal kedatanganNya, walaupun sebenarnya peristiwa Natal sesungguhnya sudah dinubuatkan oleh para nabi sejak ribuan tahun sebelumnya, karena karya agung Allah telah dirancang sempurna, lengkap, tuntas dalam perjanjianNya yang kekal, yang telah dinyatakan kepada umatNya turun temurun, sepanjang sejarah sejak manusia pertama Adam yang tidak sempurna memenuhi mandat Ilahi hingga Yesus Kristus yang disebut Adam yang akhir. *“Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan (Kristus)”* (1 Korintus 15:45). Tetapi yang pertama datang memang yang alamiah (Adam); kemudian barulah datang yang rohaniah (Yesus Kristus). Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani (Adam), manusia kedua berasal dari sorga (Yesus Kristus). Makhluk-makhluk alamiah sama dengan Adam/ manusia yang pertama yang berasal dari debu tanah, tapi setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus akan dilahirkan kembali menjadi makhluk-makhluk sorgawi sama dengan Yesus Kristus yang berasal dari sorga. Manusia alamiah, akan menjadi manusia sorgawi oleh iman kepada Yesus Kristus (1 Korintus 15:46-49).

 

Kristus sebagai “Manusia Ilahi” yang sempurna, tak bercacat cela yang berasal dari atas turun ke bawah ke bumi, sebagai satu-satunya yang berhasil menyelesaikan mandat Ilahi dengan sempurna, tanpa cacat cela, dan tanpa noda dosa setitikpun, *hingga kedatanganNya yang kedua kali nanti di akhir zaman, menyatakan kemuliaanNya yang kekal* (Kisah Rasul 1:11).

 

Pada saat kehadiranNya di bumi, tidak ada seorangpun yang menyangkal bahwa “Manusia Ilahi” Yesus Kristus memang suci, kudus, dan tidak berdosa. Mahkamah agama Yahudi (Sanhedrin) saat itu, juga para ahli syariat/ hukum agama Yahudi/ ahli Taurat tidak dapat menemukan kesalahan Yesus Kristus untuk dihukum mati, kecuali fitnah atau pemelintiran ayat-ayat Taurat untuk mendakwa. Bahkan menjelang eksekusi hukuman penyaliban Kristus, wakil pemerintahan Romawi saat itu Pontius Pilatus cuci tangan menyatakan Yesus Kristus tidak bersalah. Semua pejuang kebenaran yang memperjuangkan kebenaran melalui jalan damai, cinta kasih tanpa kekerasan memang pada akhirnya selalu menjadi korban dari kezaliman manusia yang merasa benar sendiri, dan merasa berkuasa untuk menghakimi dan menghukum mati sesamanya.

 

Orang tidak benar, tidak mungkin berpikir benar dan bisa bertindak benar 100%. Demikian juga manusia berdosa tidak mungkin bisa membantu sesamanya yang berdosa untuk hidup suci. Bagi Allah yang Maha Suci, tidak ada dosa kecil atau dosa besar, semua dosa sekecil apapun sudah mendiskualifikasikan manusia untuk bisa bersatu/ masuk pintu surga yang maha suci. Menurut standar firman Allah yang murni dan suci , *semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah* (Kitab Roma 3:23). Bahkan nabi Yesaya yang berusaha hidup benar dan suci sekalipun saat memahami kemaha-sucian Allah, ia mengaku, *“Kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor.”* (Yesaya 64:6).

 

Memang ada manusia baik dan benar menurut ukuran manusia. Tapi menurut ukuran atau standar kesucian Tuhan, tidak ada satupun manusia yang benar dan 100% tidak berdosa. Manusia di dunia yang berdosa seperti orang yang berada di dalam lumpur hisap, semakin bergerak untuk menolong dirinya atau menolong sesamanya di dalam lumpur hisap akan semakin tenggelam. Satu-satunya yang bisa menolong orang keluar dari lumpur hisap adalah orang kuat yang ada di atas, di luar lumpur hisap.

 

*Natal yang sesungguhnya* adalah *usaha Allah untuk mengembalikan manusia kepada rencana sempurna Allah yang mulia*. Manusia diciptakan Allah menurut citra Allah yang mulia. Syariat atau hukum Taurat, hukum agama tidak dapat membawa manusia kepada kesempurnaan, tapi justru sebaliknya, syariat/ hukum agama/ Taurat justru menunjukkan ketidak-sempurnaan atau pelanggaran-pelanggaran manusia. Sama seperti rambu lalu lintas tidak sanggup membuat pengguna jalan menjadi taat berlalu lintas, sebaliknya semakin nyata pelanggaran-pelanggaran lalu-lintas. Sama juga dengan pasal-pasal hukum tidak sanggup mengubah manusia menjadi baik, tapi justru merupakan alat pendakwa yang menunjukkan pelanggaran-pelanggaran manusia.

 

Dengan pemahaman inilah kita dapat mengerti makna Natal yang sesungguhnya, yaitu bahwa *Natal adalah usaha Allah untuk menyelamatkan manusia yang terikat dosa.* Natal adalah *satu-satunya cara paripurna Allah, yang paling luhur, sempurna, efektif dan tuntas untuk mengembalikan manusia kepada kodrat Ilahi.* Tidak ada cara lain selain Natal, yaitu *kedatangan Sang Putra Allah, Firman Allah yang menjadi Manusia Ilahi untuk menyatakan kebenaran Allah yang sesungguhnya, murni, mutlak, dan hakekat.*

 

*Natal* adalah *Firman Allah yang hidup sebagai terang manusia, terang sesungguhnya yang datang ke dalam dunia, yang menerangi setiap orang. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan tidak menguasainya*. Semua orang yang menerima Firman Terang itu *diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya, nama Yesus Kristus*. Mereka akan *diperanakkan atau dilahirkan kembali, bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan lahir dari roh Allah,* menjadi *manusia rohani yang hidup secara rohani.*

 

*Natal yang sesungguhnya* adalah *kelahiran baru menuju kemuliaanNya yang kita terima karena kita percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Firman Terang yang memimpin hidup kita sepenuhnya.* Bukan siklus ibadah yang berputar sama dari tahun ke tahun, tapi suatu perjalanan rohani yang semakin menyempurnakan kita menuju kemuliaanNya, bukan dengan usaha dan kekuatan kita, namun oleh kuasa Roh Kudus-Nya yang bekerja di dalam kita.

 

*Oleh kepenuhan keilahian-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia*, yang memampukan kita untuk hidup benar, bukan dengan kebenaran kita masing-masing, tetapi oleh  kebenaran murni menurut kehendak Allah yang mulia. Sebab hukum Taurat/ syariat diberikan oleh Musa, tetapi *kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus (Injil Yohanes 1:1-17)*

 

SELAMAT NATAL. JBU

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here