Jangan Tinggal di “Dunia Orang Mati”

0
1748

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

Markus 5:1-20

(1) Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. (2) Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. (3) Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, (4) karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. (5) Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. (6) Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, (7) dan dengan keras ia berteriak: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” (8) Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” (9) Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: “Siapa namamu?” Jawabnya: “Namaku Legion, karena kami banyak.” (10) Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. (11) Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, (12) lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!” (13) Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya. (14) Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. (15) Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka. (16) Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. (17) Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka. (18) Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. (19) Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” (20) Orang itu pun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran.

 

Perikop hari ini mengisahkan tentang seorang yang “tinggalnya di pekuburan”. Siang malam ia berkeliaran di sana, sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya sendiri (ayat 3). Orang ini adalah orang yang dirasuk setan. Tidak cuma satu atau dua setan yang merasukinya, tapi banyak, sebanyak prajurit dalam satu legion. Karena itu ia mengaku bernama Legion. Daerah tempat tinggalnya itu sangat sepi, tidak ada orang lain yang mau lewat di situ. Orang-orang berusaha menghindar untuk melintasi tempat tersebut, takut kalau-kalau mereka diserang orang yang tidak “waras”. Apalagi dalam tradisi Yahudi, bersentuhan dengan mereka saja sudah membuatnya najis.

Sebenarnya dunia kita, dalam hal-hal tertentu, dapat diibaratkan sebagai “pekuburan” – dunianya orang mati. Coba lihat kenyataan yang ada, begitu banyak orang kehilangan harapannya. Mereka memukul-mukuli dirinya, menyesali nasibnya yang malang. Kita dapat menemukan fenomena ini di mana-mana. Mereka hidup dalam pesimisme, paham yang menggambarkan kematian hasrat untuk maju dan berubah ke arah yang lebih baik. Mereka hidup di daerah pekuburan, daerah kematian hasrat.

Sebagian orang menerima kenyataan di atas dengan sikap fatalisme. “Ya mau diapakan lagi, memang sudah begini nasib saya. Ya sudah, terima saja.” Maka mereka hidup tanpa ada keinginan untuk melakukan perubahan-perubahan berarti. Hal yang sama dapat berlaku di lingkungan kerja. Pekuburan di lingkungan ini adalah kematian nurani. Kita tahu bahwa korupsi adalah jahat, tapi kita tidak berdaya untuk melawannya. Dalam segala segi korupsi sudah merajalela. Kita tahu, bahwa sampai kapan pun dan dengan cara apa pun, korupsi tidak mungkin diberantas. “Ah bodoh sendiri bila kita tidak ikut menikmatinya. Toh semua orang berlaku seperti itu.” Maka kita pun ikut-ikutan korupsi. Kita hidup di daerah pekuburan, daerah kematian nurani.

Kita memang tidak dapat melenyapkan “daerah-daerah pekuburan atau kematian di atas”. Tapi lihatlah apa yang terjadi kepada orang yang dirasuki oleh setan dalam pembacaan hari ini. Ia datang menemui Yesus dan sujud kepada-Nya. Dengan kuasa-Nya, Yesus menyuruh keluar sekumpulan setan yang menguasai orang itu. Orang itu pun bebas dan hidup secara wajar lagi.

Jangan tinggal di dunia orang mati. Bangkit dan berjalanlah menemui Yesus. Dia yang empunya kuasa dapat menolong kita dari belenggu-belenggu “kematian” dalam dunia ini. Bersama Yesus kita akan memperoleh kemenangan. Bahkan bersama Yesus kita dapat merayakan kehidupan ini meskipun keadaan di sekitar kita penuh dengan kematian hasrat dan nurani. Kuasa Legion masih bekerja dan di antara kita. Ia bertindak supaya manusia kehilangan hidupnya yang wajar. Mereka bisa masuk berkelompok dalam diri kita, membuat kita tidak berdaya melawan mereka. Tapi, di hadapan Yesus, “legion-legion” itu menjadi lemah tak berdaya. Datanglah kepada Yesus, Dia akan memulihkan kita dari kuasa-kuasa legion bahkan kuasa-kuasa kematian dari “daerah pekuburan” di dunia ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here