Pdt. Weinata Sairin:”Crescit amor nummi, quantum ipsa pecunia crevit. Bertambahnya cinta akan uang sebesar itu pula nafsu untuk mengeruk uang”.

0
1300

Uang, pecunia, money punya pengaruh yang amat besar dalam kehidupan umat manusia. Walaupun ada yang berkata bahwa uang  bukan segalanya, tetapi dalam pengalaman praktis ternyata uang bisa melakukan segalanya. Uang bisa membuat orang kena OTT,  menikmati ruangan berjeruji besi, membeli jabatan, membeli ijazah, membeli naskah-naskah untuk mendapatkan gelar akademis, membebaskan dari tuntutan pengadilan, membolak balik kebenaran dan atau kesalahan, dan sebagainya, dan sebagainya. Uang bisa mengubah sikap dan karakter seseorang, konon ada juga kasus-kasus yang karena uang orang meninggalkan agamanya, dan nencari agama yang baru. Benar sekali jika ayat kitab suci menyatakan bahwa akar segala kejahatan itu disebabkan orang cinta akan uang.

 

Konflik-konflik lokal, regional, nasional, internasional jangan-jangan itu semua penyebabnya adalah uang. Hanya untuk kepentingan media dan politik semua konflik itu dikemas sebagai konflik agama, konflik perebutan hegemoni laut, konflik perbatasan, konflik ideologis, konflik primordial, dan sebagainya.

 

Dalam masyarakat tradisional uang difahami sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum. Dalam masyarakat modern uang dimengerti sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang dan jasa, dan kekayaan berharga lainnya serta pembayaran hutang. Dengan adanya uang sebagai alat tukar menukar maka proses transaksi menjadi lebih mudah dibandingkan dengan sistem barter. Kondisi seperti ini juga akan membantu memajukan perdagangan yang pada gilirannya akan berkontribusi bagi kemakmuran masyarakat.

 

Memang ada dimensi dualitas yang terdapat pada benda yang disebut *uang*. Uang memiliki makna yang positif, sekaligus dengan itu uang juga memiliki arti yang negatif. Dan manusia dalam segala kelemahannya menggunakan uang dengan dua dimensi itu. Manusia oleh karena itu melakukan segala sesuatu bahkan yang melawan hukum untuk mendapatkan uang. Orang melakukan korupsi, mark up harga barang dan proyek, menjual PCC dan narkoba. Korupsi tidak lagi bias gender, korupsi dilakukan secara serentak dipusat dan daerah, oleh tokoh, pejabat dan pejuang rakyat. Itu semua terjadi karena orang memburu uang, ingin mendapatkan uang secara instant. Cyber crime, pembobolan bank, perusahaan abal-abal semuanya karena orang menginginkan uang.

 

Anehnya nsfsu serakah itu banyak menguasai kedirian warga bangsa kita yang terhormat. Mereka yang kena OTT itu orang-orang kaya bergelimang harta, para koruptor juga orang kaya. Mereka tidak pernah cukup dan tidak bersyukur kepada Tuhan atas rezeki yang sudah Tuhan karuniakan.

 

Baru saja ada testimoni tentang perbuatan kriminal seorang profesional yang menguras ATM. Si A ingin mengambil uang disebuah ATM yang ada di minimart. Ia antri karena ada 3 orang di ATM itu yang akan mengambil uang. Sesudah seorang yang didepannya selesai, maka majulah si A memasukkan kartu ATMnya ke mesin ATM itu; namun ternyata kartunya terkendala untuk masuk. Lalu orang yang baru saja selesai menarik uang dari ATM itu membantu si A. Orang itu memasukkan ATMnya lalu berkata pada si A “begini pak cara memasukkannya agak kepinggir kartunya”. Si A memasukkan kartu ATMnya dan dipandu seorang berkaus putih, tunggu saja 5 menit nanti kartunya keluar. Ternyata ATM si A tidak keluar, hanya ada kertas bertuliskan no call center bank tersebut dan peringatan agar jangan mau jika ada orang yang membantu memasukkan kartu ATM. Si A kemudian menghubungi call centre bank dan baru tersambung hampir 30 menit. Ternyata sesudah dicek oleh bank tersebut seluruh uang di tabungan A habis terkuras, konon mencapai tujuh juta rupiah. Orang yang memandu si A tadi tdrnyata orang yang menggandakan no pin ATM si A dan memasukkan no itu ke ATMnya sehingga dapat digunakan untuk menarik uang A.

 

Pepatah yang dikutip diatas mengingatkan kita bahwa cinta uang menambah nafsu mengeruk uang. Kata “mengeruk” dalam konteks ini berkonotasi negatif artinya melakukan apa saja asal mendapatkan uang. Sebagai umat beragama kita memposisikan uang secara positif, tidak dalam makna negatif. Mari kita menjalankan kehidupan kita dengan baik sesuai dengan ajaran agama. Jangan kita menjadi hamba uang dan diperbudak oleh uang. Taklukkanlah uang dengan iman kuat!

 

Selamat berjuang. God bless.

 

Weinata Sairin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here