Ibadah Sebagai Wujud Kerinduan Kepada Tuhan

0
16591

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

Ulangan 10:12-22

(12) “Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, (13) berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu. (14) Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah yang empunya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit, dan bumi dengan segala isinya; (15) tetapi hanya oleh nenek moyangmulah hati TUHAN terpikat sehingga Ia mengasihi mereka, dan keturunan merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa, seperti sekarang ini. (16) Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk. (17) Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap; (18) yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian. (19) Sebab itu haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir. (20) Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu, kepada-Nya haruslah engkau beribadah dan berpaut, dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah. (21) Dialah pokok puji-pujianmu dan Dialah Allahmu, yang telah melakukan di antaramu perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, yang telah kaulihat dengan matamu sendiri. (22) Dengan tujuh puluh orang nenek moyangmu pergi ke Mesir, tetapi sekarang ini TUHAN, Allahmu, telah membuat engkau banyak seperti bintang-bintang di langit.”

 

Ada jemaat yang tidak pernah datang lagi ke gereja, lalu dikunjungi oleh majelisnya. Ketika ditanya, “kenapa tidak pernah nongol lagi di gereja?” Dia menjawab, “Lho, yang penting ‘kan percaya. Di rumah saya juga berdoa kog. Saya baca Alkitab, dengar radio, nonton mimbar agama di televisi. Cukup ‘kan?”

Ada lagi yang berkata begini: Ibadah itu yang penting hatinya, bukan tempatnya. Lalu mereka mengutip Yohanes 4:21, 23: “… saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem … saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran …”

Pernahkan kita mendengar kata-kata seperti itu? Atau bahkan kita sendiri pernah mengatakannya?

Mari kita renungkan pertanyaan ini: Untuk apa sebenarnya kita beribadah pada hari Minggu di gereja? Apa memang beribadah pada hari Minggu itu harus di gereja?

Beribadah memang tidak harus di gedung gereja, di mana saja boleh. Tetapi, meskipun demikian, beribadah di gereja tetap penting. Ada orang tidak mau datang ke gereja dan ketika ditanya ia menjawab dengan alasan-alasan yang telah di sebut di atas. Tetapi apakah betul, mereka tidak beribadah ke gereja karena memiliki prinsip-prinsip seperti itu? Bukankah banyak orang memakai alasan-alasan itu untuk menutupi rasa malasnya? Cuma cari alasan doang!

Kalau kita betul-betul mencintai Tuhan, kita akan merasa rindu datang kepada-Nya, dan akan terus mencari Dia.

Ada lagi alasan lain, mengapa orang tidak ke gereja. Katanya, capek, tidak ada pembantu di rumah, hujan, mobil mogok, dan lain-lain alasan. Ini tandanya kita tidak serius mencintai Tuhan. Kalau kita sungguh-sungguh mencintai Tuhan, hambatan apa pun yang menghalangi pasti kita terobos!

Tuhan menghendaki jika kita cinta pada-Nya, kita harus serius beribadah kepada-Nya. Dalam ayat 12-13 tertulis: “…apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN …”

Kasih pada Tuhan tanpa perbuatan adalah munafik. Sebaliknya, perbuatan tanpa kasih adalah kesombongan.

Ibadah, selain penting untuk mewujudkan kasih kita kepada Tuhan, juga harus dijalankan dengan penghayatan dan kesadaran penuh. Bukan sekedar kebiasaan!

Apa yang harus kita hayati? Yang harus kita hayati adalah apa yang dikatakan  dalam ayat 14: “Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah yang empunya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit, dan bumi dengan segala isinya.” Juga dalam ayat 17: “Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat …”

Lalu apa yang perlu kita sadari? Yang harus kita sadari adalah apa yang dikatakan dalam ayat 20: “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu, kepada-Nya haruslah engkau beribadah dan berpaut …”

Jika hal ini sudah jelas, maka sekarang kita dianjurkan: “ … latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang” (1 Timotius 4:7-8).

Kita harus membiasakan diri untuk datang beribadah. Banyak yang terjadi begini: Minggu ini mangkir ke gereja, dengan harapan Minggu depan masih bisa masuk. Ternyata, Minggu depan ada alasan untuk mangkir lagi. Seterusnya seperti itu, akhirnya ia menjadi betul-betul malas ke gereja. Sikap seperti ini tidak mencerminkan cinta kepada Tuhan

Ibadah itu perlu, karena kita tidak bisa hidup dalam syalom (sejahtera) Allah tanpa hubungan yang baik dengan-Nya. Hubungan ini terus kita perbarui melalui ibadah-ibadah kita. Datanglah dan beribadahlah kepada-Nya dengan hati rindu. Ia menantikan kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here