Mengucap Syukur Dengan Sepenuh Hati

0
4071

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

 

Mazmur 126:1-6

(1) Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. (2) Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: “TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!” (3) TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. (4) Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! (5) Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. (6) Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

 

Kalau kita menerima perbuatan baik (= perbuatan kasih) dari seseorang, tentu hati kita menjadi senang. Kita tidak melupakannya, dan karena itu kita ber “terima kasih”.

Tuhan suka sekali kepada umat-Nya yang tahu berterima kasih. Kita patut selalu berterima kasih kepada-Nya karena Ia selalu berbuat kasih kepada kita. Kasih Tuhan tak pernah habis dari dulu sampai sekarang. Itulah sebabnya Paulus berkata, “Bersyukurlah di dalam segala hal.”

Di hadapan Tuhan, kita patut berterima kasih. Kita memang pantas untuk selalu bersyukur kepada-Nya. Bagaimana pun keadaan kita sekarang, dan betapapun sulit jalan yang kita lalui selama ini, tapi lihatlah Tuhan tidak berhenti mengasihi kita. Berdasarkan kenyataan itu, mestinya hidup kita selalu penuh rasa syukur ketimbang menggerutu.

Jadi kita harus berterima kasih dan selalu bersyukur kepada Tuhan. Tapi ternyata melakukan hal ini tidak gampang. Berterima kasih dan bersyukur dalam kata-kata mungkin sih mudah. Tapi yang sulit adalah seperti apa yang dikatakan pemazmur: “Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib.”

Berterima kasih dan bersyukur dengan segenap hati, inilah yang sering sulit kita lakukan! Kita lebih mudah mengungkapkan terima kasih yang dalam kepada orang yang berbuat sesuatu bagi kita karena kita melihat dan merasakan langsung apa yang dia perbuat bagi kita. Tetapi Tuhan? Kita tidak melihat dan kadang tidak merasakan secara langsung apa yang Dia perbuat.

Mazmur 126 mengajarkan kita bagaimana kita patut mengucapkan syukur kepada Tuhan dengan segenap hati. Pemazmur tahu bahwa di kalangan bangsanya banyak orang yang telah berjasa, yang bekerja keras dan rela berkorban sehingga keadaan mereka akhirnya menjadi baik. Pemazmur tidak menyangkali hal ini. Tapi toh, di balik semua itu dia dengan segenap hati mengakui bahwa Tuhanlah yang memungkinkan semuanya itu terjadi. Tuhanlah yang melakukan perkara-perkara besar itu, maka itu kita harus bersukacita.

Dengan segenap hati, artinya, kita bukan sekedar mampu berujar bahwa Tuhan itu baik. Melainkan kita juga mempercayakan diri dan hidup kita kepada Dia yang telah berbuat baik itu.

Apakah dengan berterima kasih dan bersyukur dengan segenap hati, juga dengan mempercayakan diri kita kepada Tuhan lalu semuanya menjadi beres? Pembacaan kita mengatakan, seperti petani kita masih harus menabur benih dengan mencucurkan air mata. Perjuangan kita masih penuh dengan linangan air mata. Tetapi kalau kita betul-betul mempertaruhkan hidup kita kepada Tuhan, maka kita akan menabur dengan sorak-sorai (ayat 5-6).

Berterima kasih dan bersyukur dengan segenap hati berarti: dengan hati nurani yang bersih, dengan semangat yang tinggi, gigih dan ulet kita maju dalam Tuhan. Kita pantang menyerah, terus menabur dan membajak, dan jika tiba saatnya kita akan menuai dengan sukacita.

Bersyukur seperti ini akan membuat energi kita terus bertambah untuk meneruskan usaha dan perjuangan. Kita akan didorong untuk berusaha lebih baik lagi. Kita tahu Tuhan tidak akan membiarkan kita berjalan sendiri. Dia akan memimpin kita dalam hidup ini.

Karena itu bersyukurlah dengan segenap hati dan berserahlah kepada-Nya!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here