Tuhan Mengenal Siapa Kepunyaan-Nya

0
3115

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

2 Timotius 2:19

Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: “Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya” dan “Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.”

 

Semua kita patut bertanya: “Punya siapakah kita?” Atau, “Punya siapakah gereja di dunia ini? Punya pendeta dan majeliskah? Bukan! Kita (gereja) adalah punya Tuhan. Keimanan kita dan persekutuan bergereja berdiri dan dibangun oleh Yesus Kristus melalui pekerjaan Roh-Nya yang Kudus. ‘Kedaulatan’ gereja bukan di tangan manusia melainkan di tangan Kristus sebagai kepala-Nya. Kalau begitu, maka gereja tidak bergantung pada pemimpinnya tetapi bergantung kepada Tuhan. ‘Keinstitusian’nya bukan ditentukan oleh penyelenggaranya, melainkan ditentukan oleh Tuhan. Hal ini berlaku mutlak dan tidak dapat digantikan oleh manusia. Upaya untuk mengabaikan hal-hal mutlak tersebut akan mengakibatkan gereja kehilangan hakikatnya sebagai ‘institusi’ Tuhan. Juga semangat persekutuan atas nama Yesus akan berubah  menjadi persekutuan atas nama oknum tertentu.

Persekutan dan ‘institusi’ Tuhan ini diselenggarakan oleh orang-orang yang telah menghambakan dirinya untuk menjalankan misi Kristus di dunia ini. Misi Tuhan di dunia ini kita kenal dengan apa yang disebut Trilogi Gereja atau Tri Panggilan Gereja, yaitu Persekutuan (Koinonia), Pelayanan (Diakonia) dan Kesaksian (Marturia). Tidak kebetulan salah satu unsur panggilan itu menjadi nama Gedung Gereja kita, yakni Marturia.

Sudahkah kita menjalankan dengan baik ketiga panggilan tersebut dalam pelayanan kita? Jika belum, lantas apa yang harus kita lakukan? Kita harus meningkatkan peran kesaksian dan pelayanan kita. Itulah yang dikehendaki Kristus bagi kita. Untuk tujuan itu Dia terus membentangkan masa-masa pelayanan bagi gerejanya. Dengan begitu, diharapkan kita terus berproses mewujudkan kehendak-Nya.  Supaya kita bergerak dalam dinamika misi-Nya (melalui kerangka kerja Trilogi Gereja). Di sini kita betul-betul harus merelakan diri untuk berkiprah sebagai hamba. Apakah dia pendeta, majelis, unsur pelayan lainnya dan bahkan jemaat. Semua kita adalah hamba dan saksi bagi Kristus. Masing-masing telah diberikan ‘sesuatu’ sebagai talentanya untuk dikembangkan dalam pelayanan bersama. Jika ada anggota gereja yang belum berpartisipasi, maka dia belum menyadari bahwa Tuhan telah memberikan sesuatu kepadanya untuk dibaktikan bagi pertumbuhan gerejanya.

Untuk menjalani hidup sebagai hamba Kristus, maka kita perlu mengoreksi diri dengan menelaah kembali pokok berikut ini:

Semua kita telah diberikan talenta untuk membangun tubuh Kristus

Semua kita telah dipanggil untuk melayani

Pelayanan sejati jangan menunda waktu dan jangan menunut.

Pelayanan sejati selalu diwarnai oleh keinginan berani berkorban demi cintanya kepada Kristus.

Kita dipanggil sebagai persekutuan gereja untuk menyatakan tanda-tanda kerajaan Allah di tengah dunia yang penuh penyelewengan.

Pelayanan kita bukan untuk diri kita melainkan untuk Kristus yang telah lebih dulu melayani kita.

 

Apakah kita masih berkata, saya tidak sanggup? Yakinlah bahwa Tuhan mengenal kita…”Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya”. Tuhan tidak akan membiarkan kita berjalan dan kepayahan sendiri, pertolongan-Nya akan selalu datang. Jika kita pun kepayahan, sadarilah bahwa kita kepayahan di jalan anugerah dan bukannya di jalan kebinasaan.

Marilah kita berpartisipasi tanpa henti mengikuti pertumbuhan yang diberikan Tuhan demi pewujudan misi-Nya. Melakukan hal ini memang tidak mudah. Banyak tantangannya. Suka dan duka datang silih berganti. Tapi semuanya itu akan menjadi ‘tanda cemerlang’ bagi siapa pun yang mau terlibat dan tetap teguh di dalamnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here