Sebuah Ulasan dan Seruan Doa Sehubungan dengan Kunjungan Raja Arab Saudi ke-Indonesia 1-9 Maret 2017

0
1266

 

Oleh: Rev. Joshua Ch. M.A., M. Th.

 

 

Shalom,

Telah diketahui bahwa tanggal 1-9 Maret 2017 Indonesia menerima kunjungan Raja Salman, Raja Kerajaan Arab Saudi, dengan membawa rombongan lebih dari 1500 orang. Sebuah kunjungan spektakuler yang menghabiskan dana milyaran rupiah. Dan kita harapkan membawa dampak yang baik bagi Indonesia terutama dalam hal perekonomian kita.

 

Semula Saya tidak memiliki perhatian yang khusus tentang hal tersebut. Saya anggap sebuah kunjungan kenegaraan dan kunjungan liburan biasa, meskipun banyak broadcast di WA dan lainnya. Namun, Selasa malam, 28 Februari 2017 di Metro TV ditayangkan sambutan Duta Besar RI untuk Kerajaan Saudi, Bpk Agus Maftuh Abegebriel, pada bulan November 2016 tahun lalu, yang merayu agar Raja Saudi berkenan mengunjungi Indonesia. Dan dalam sambutannya tersebut beliau melemparkan sebuah ide untuk membentuk sebuah poros baru yang beliau istilahkan dengan poros “SAUNESIA” (Saudi – Indonesia). Mungkin saat dikemukakan itu hanyalah sebuah ide belaka. Namun dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang sangat mementingkan nasionalisme Amerikanya, dan kesan yang ditimbulkan atau diplesetkan seolah Amerika anti Islam dan anti Timur Tengah. Maka terjadi perubahan geo-politik di kalangan dunia Arab dan mulai melirik Asia. Dan Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama muslim adalah tujuan utamanya.

 

Selaku Hamba Tuhan, Saya ingin selalu ber “Prasangka Baik”, dan tidak ingin ber”Prasangka Buruk”. Namun berprasangka baik tidaklah berarti lantas kita tidak waspada, berjaga dan berdoa.

 

Pemerintah kita saat ini yaitu Jokowi-JK sesuai doa kita diyakini sebagai pemerintahan yang diijinkan atau dipilih Tuhan untuk memerintah di bangsa kita untuk kesejahteraan kita bersama. Namun dengan perubahan arah angin politik ini, kita perlu mencermatinya dan mendoakannya. Selama ini meski siapapun yang memerintah, kekristenan di Indonesia tidaklah selalu diuntungkan. Bahkan sekalipun Bapak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) sebagai Gubernur DKI, beliau adalah etnis Tionghoa Keturunan dan beragama Kristen sekalipun, kekristenan tidaklah selalu diuntungkan secara langsung. Tentu kita diuntungkan dengan citra positif sebagai orang Kristen dan anti korupsi, tegas, profesional dll yang melekat pada diri Pak Ahok (disamping ada citra negatif lainnya). Namun kekristenan tidak menerima keuntungan secara langsung.

 

Berpuluh tahun sejak Orde Baru, kekristenan tidak menerima porsi yang seimbang. Secara pemasukan pajak sebenarnya orang Kristen adalah penyumbang pajak besar. Meskipun minoritas, namun pengusaha-pengusaha Kristiani adalah pembayar pajak yang sangat signifikan terhadap penerimaan negara ini. Namun demikian, karena mayoritas penduduk adalah Muslim, maka secara proporsional (prosentase anggaran) semua bantuan dan pembangunan lebih banyak diberikan kepada muslim. Apakah ada bantuan dan pembangunan diberikan kepada Kristen, semisal pembangunan gedung gereja, sekolah Kristen, Sekolah Teologi dll? Ya, ada! Tetapi prosentase nya sangat lah tidak signifikan. Dan kita bersyukur kepada Tuhan, umat Kristen di Indonesia adalah umat yang tidak rewel, tidak manja dan dapat men-support diri sendiri -entahkah ada bantuan pemerintah ataupun tidak- kita memiliki Tuhan yang super kaya sehingga semua dapat kita beayai dari dukungan dari umat. Sebaliknya (maaf, Saya tidak provokatif, hanya Saya bersikap obyektif), justru Umat Muslim yang menerima banyak kemudahan dan bantuan dari pemerintah itu, tetap saja merasa senantiasa di-zhalimi di negeri yang mayoritas Muslim ini. Mereka selalu berteriak bahwa mereka berhak menerima lebih dan lebih lagi. Dan karena tekanan politik, maka pemerintah selalu mengutamakan pembangunan bagi mereka. Bahkan sekalipun Ahok sebagai gubernur, karena dia harus berusaha mengambil hati umat mayoritas maka banyak program pun untuk umat mayoritas. Sebagai contoh : Saya kurang tahu berapa banyak gereja yang dibantu atau berapa gedung gereja yang telah dibangun, atau adakah koster (penjaga gereja atau setara dengan marbot, penjaga masjid) yang digratiskan berangkat ke Israel, sebagaimana marbot digratiskan berangkat ke Arab Saudi. Namun, yang Saya tahu banyak program Ahok yang justru menguntungkan umat Islam. Kita tidak iri hati, namun kita sedang berusaha obyektif.

 

Dan di sisi lain, dengan adanya umat Islam yang selalu berteriak merasa dipinggirkan dan di-zhalimi di Indonesia, maka mau tak mau pemerintah akan meng-akomodir keinginan mereka. Jadi begini istilahnya : tidak berteriak mereka untung, tambah berteriak pun mereka tambah untung.

 

Silakan Anda lihat faktanya bahwa propinsi-propinsi yang mayoritas Kristen adalah propinsi yang termasuk miskin dan lambat kemajuannya.

 

Namun demikian, umat Kristen bukanlah umat yang manja dan terlalu suka menuntut. Umat Kristen selalu mengalah dan selalu mengucap syukur. Amin.

 

Nah, adalah fakta bahwa Arab Saudi selama ini adalah urutan ke 57 negara investor yang menginvestasikan dana nya ke Indonesia. Tahun lalu hanya 900juta USD (tidak sampai 1 milyar USD), bahkan di tahun 2012 investasi mereka di Indonesia hanya 0 rupiah (tidak ada investasi sama sekali), dan sebenarnya dana investasi itupun kebanyakan adalah untuk pengembangan keagamaan Islam seperti pembangunan masjid, beasiswa pelajar Alquran dll. Puji Tuhan (dan kita berprasangka baik serta mengharapkan yang terbaik) ditargetkan Presiden Jokowi kita akan menerima 25 milyar USD (artinya lebih dari 2750% kenaikannya dari investasi selama ini yang hanya 900juta USD). Puji Tuhan bukan?

 

Namun, harus diingat bahwa “TIDAK ADA MAKAN SIANG YANG GRATIS”. Kembali ke soal “POROS SAUNESIA” yang digagas oleh Dubes RI Bapak Agus Maftuh Abegebriel, kita dengan prasangka baik, menerimanya untuk kebaikan pembangunan di Indonesia. Namun, dengan Arab Saudi adalah Islam bergaris keras aliran Wahabi. Ditambah dengan sistem khalafah dan syariah yang terus menerus digaungkan di berbagai kalangan. Sepatutnya kita waspadai dan berjaga dalam doa, agar tidak menambah kerugian bagi kekristenan dan pemberitaan Injil di Indonesia.

 

Sejarah telah mengajar kita bagaimana “poros politik” semacam “poros Jakarta-Moskwa-Beijing” jaman Presiden Soekarno atau “poros tengah” ala Amien Rais paska reformasi, lebih banyak membawa dampak yang buruk bagi Indonesia. Nah, apakah “poros Saunesia” ini akan membawa manfaat atau mudharat bagi Indonesia dan terutama bagi Kekristenan dan Pemberitaan Injil di Indonesia?

 

Jawabannya tergantung pada doa dan upaya umat Kristen di Indonesia. Saya pribadi, setelah menonton tayangan MetroTV tentang “POROS SAUNESIA” ini seperti “disadarkan” untuk berdoa bagi kunjungan Raja Salman ini agar jangan “poros Saunesia” ini membawa dampak lebih buruk bagi kekristenan dan pemberitaan Injil di Indonesia. Saya langsung naik ke Tapos, Bogor untuk kembali berdoa. Saat ini Saya sedang berdoa untuk hal tersebut. Karena banyak orang terpesona kepada kemegahan, kemewahan  dan spektakulernya kunjungan ini, namun tidak menyadari bahwa negara investor terbesar di Indonesia itu adalah Singapura dan bukannya Arab Saudi. Padahal investasi adalah penggerak ekonomi suatu negara.

 

Istilah Saya : Raja Arab ini kunjungan nya megah, mewah dan spektakuler tetapi NOL  besar karena sebenarnya yang menggerakkan ekonomi kita selama ini justru bukan dia malah tetangga kita sendiri yaitu Singapura, yang nota bene dicap “kafir” dibanding Arab Saudi yang lebih “Islami”.

 

Maka, Saya menyerukan mari kita berdoa untuk pemerintahan kita agar tetap konsisten dalam sikap “POLITIK BEBAS AKTIF” dan tidak terjebak ke sebuah blok baru apapun, termasuk blok baru yang dibangun atas nama kesamaan agama, dalam hal ini Islam.

 

Mari kita berdoa bahwa kunjungan Raja Arab ini tidak membawa pemahaman garis keras Wahabi malah lebih gencar di Indonesia, sebaliknya malah kita dapat menyajikan Wajah Islam yang ramah, Islam Nusantara, kepada Arab Saudi. Mari kita doakan agar jangan kunjungan nan megah Raja Arab ini malah membangkitkan romantisme kejayaan khalifah Islam dan malah mengobarkan anti demokrasi dan intoleransi yang telah ditiupkan segelintir orang sejak beberapa waktu belakangan ini.

 

Mari kita berdoa agar sentimen nasionalisme Amerika ala Donald Trump tidak justru diplesetkan menjadi sentimen Anti Islam dan Anti Arab, yang pada gilirannya menjadi bumerang bagi orang Kristen di Indonesia.

 

Sebagai Hamba Tuhan yang biasanya bergerak secara profetis, Saya menyerukan hal ini, sekaligus sebagai awareness, kewaspadaan kita. Kiranya tidak terjadi hal-hal buruk bagi kita. Namun, ini suara kenabian yang sepatutnya harus kita perhatikan. Kita dapat menangkal semua hal buruk apapun melalui doa dan syafaat. Tuhan menolong kita dan bangsa Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here