SEMEL EMISSUM VOLAT IRREVOCABILE VERBUM. SEKALI SEBUAH UCAPAN TERLONTAR MAKA SULIT UNTUK DITARIK KEMBALI

0
1248

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

Kita menjalani kehidupan ini dengan menggunakan bentuk-bentuk komunikasi yang ada. Kita bersyukur bahwa di zaman ini amat beragam alat komunikasi yang ada sehingga dapat digunakan secara optimal sehingga sebuah relasi yang hangat antar manusia bisa secara kontinyu diwujudkan. Komunikasi antar manusia baik dalam bentuk verbal maupun tertulis mesti dilakukan dengan cermat, bijak dan hati-hati.

Dalam pengalaman empiririk penggunaan sebuah istilah secara tidak tepat dapat menimbulkan masalah. Memang harus dicatat bahwa sebuah istilah itu acapkali hanya dikenal pada lingkup tertentu, dengan arti tertentu. Istilah itu adalah “terminus tehnikus” (istilah teknis) yang hanya dikenal dalam disiplin ilmu tertentu. Bisa terjadi jika istilah tersebut digunakan pada disiplin ilmu yang lain menjadi tidak tepat karena mengalami perubahan makna. Disini pengetahuan, kesadaran, sensitivitas kita terhadap makna sebuah istilah sangat penting. Ketidakcermatan kita dalam menggunakan suatu istilah baik dalam komunikasi verbal maupun non verbal bisa menimbulkan masalah.

Dinegeri ini tatkala terdapat begitu banyak bahasa daerah, kita juga harus hati-hati dalam memilih kata/istilah agar tidak menimbulkan multitafsir yang bisa mengganggu komunikasi bahkan mempengaruhi hubungan pertemanan kita. Contohnya kata “butuh” yang maknanya “perlu” tetapi dalam salah satu bahasa daerah arti kata itu tidak setara dengan kata “perlu” tapi memilik konotasi yang cenderung porno. Dalam hubungan dengan penggunaan terminologi agama kita harus ekstra hati-hati. Agar aman memang sebaiknya istilah-istilah agama tidak digunakan diruang publik kecuali terminologi itu telah diakomodasi kedalam bahasa Indonesia, dan dimuat dalam KBBI.

Pernah seorang petinggi negeri di tahun 90an menyatakan dengan bangga sebagai berikut : “Negara kita telah bisa memproduksi pesawat terbang dan pesawat yang baru selesai dibuat telah *dibaptis* dengan nama HXY” Dilingkungan penganut agama Kristen kata ‘dibaptis’ memiliki makna teologis yang amat dalam. Baptisan yang dilakukan oleh seorang pendeta adalah akta yang menandakan seseorang secara resmi masuk/memeluk agama Kristen. Pada istilah ‘baptis’ ada makna sakral- transendental yang terakomodasi didalamnya. Ketika kata ‘baptis’ dikenakan pada sebuah pesawat terbang, dan dilakukan diluar ritual gerejawi maka pada saat itu telah terjadi desakralisasi terhadap terminologi dan aktivitas pembaptisan.

Seharusnya cukup dikatakan bahwa pesawat terbang yang baru itu diberi nama HXY, tanpa harus menggunakan kata ‘baptis’. Penggunaan kata ‘baptis’ pada ucapan sang petinggi negeri itu bukan saja mubazir tetapi dalam arti tertentu bisa berpotensi untuk diduga ‘pelecehan’ agama.

Pepatah yang dikutip diawal tulisan ini mengingatkan agar kita hati-hati dalam mengucapkn sesuatu karena jika sudah terlontar akan sulit untuk menariknya kembali. Kita harus amat cermat dalam menuliskan atau mengucapkan kata-kata. Ungkapkan kata yang tepat, cerdas bernas dan relevan yang tidak melukai dan menyakiti orang lain. Kata-kata memiliki makna dan kuasa, pilihlah kata yang memanusiakan manusia, yang meningkatkan peradaban bangsa.

Selamat berjuang. God bless.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here