Pdt. Dr. Stephen Tong: Sang Revivalis Protestan

0
6521
Pdt. Dr. Stephen Tong
Pdt. Dr. Stephen Tong

Pengkotbah terbesar, penginjil paling berpengaruh, tokoh kebangunan rohani terdepan, pendeta dan hamba Tuhan yang multi-talenta, teolog dan ideolog brilian, filsuf, organisator, penulis (lebih dari 75) buku, apologet, musisi (komponis dan konduktor) hebat di Indonesia; mungkin masih banyak lagi julukan yang pantas diberikan kepada Doktor Stephen Tong. Ia bahkan dijuluki sebagai Billy Graham Asia. Apresiasi dan rasa salut terhadap perjuangan, jerih payah dan usahanya untuk memajukan Kekristenan dan Kerajaan Allah di Indonesia memang layak diberikan kepada Stephen Tong. Melalui pelayanan misinya, beliau telah memperkenalkan Kristus kepada lebih dari 29.000.000 orang di seluruh dunia, di mana lebih dari 250.000 orang telah menyatakan diri berkomitmen untuk menjadi Hamba Tuhan penuh waktu. Pelayanan beliau telah terbukti menjadi berkat dan inspirasi bagi zaman ini, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

 

Stephen Tong lahir di Xiamen, Provinsi Fujian, Cina, pada tahun 1940. Ayahnya Tong Pai Hu seorang Cina yang kaya, dan ibunya Tan Tjien Nio seorang Indonesia keturunan Cina. Nenek moyang dari bapak Stephen Tong adalah orang penting dalam pemerintahan Qing. Akan tetapi, keluarga Tong mengalami kebangkrutan akibat perang saudara di Cina. Kakak adik laki-laki Tong berjumlah 7 orang (Tony, Peter, Caleb, Stephen, Joseph, Solomon), lima orang di antaranya menjadi pendeta, dan satu orang saudara perempuan, Mary Tong.

 

Ayahnya meninggal saat Tong berumur 3 tahun. Ibunya berjuang sendiri untuk membesarkan anak-anaknya selama masa penjajahan Jepang (sekitar tahun 1942-1945) di Cina. Tahun 1949, ketika Tong berumur 9 tahun, keluarganya bermigrasi ke Surabaya, Indonesia, akibat Revolusi Cina (1949). Keluarga Tong kemudian menjadi warga negara Indonesia Tong menganggap ibunya sebagai teladan besar bagi kehidupan rohaninya. “Waktu saya masih kecil, kata-kata yang pertama saya dengar di pagi hari saat ibu saya berdoa adalah ‘Tuhan berkatilah anak-anak saya, tuntunlah mereka, dan jadikanlah mereka menjadi prajurit KerajaanMu”.

 

Ketika Tong berusia 15-17 tahun, Tong terpengaruh ajaran Komunisme (materialisme dialektis Karl Marx) dan teori Evolusi Charles Darwin. Tong pun menjadi atheis dan anti terhadap kekristenan. Tong bahkan menganggap kekristenan sebagai agama yang bodoh yang datang  dari Barat yang jahat dan semua ajarannya tak masuk akal.

 

Akan tetapi, berkat doa dan ratap tangis ibu tercintanya, Tong akhirnya mengalami “pencerahan sejati” dan titik balik. Pada Januari 1957, Tong dipaksa ibunya menghadiri konferensi pemuda yang diselenggarakan oleh Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT), sebuah sekolah teologi yang berhaluan Protestan konservatif. Pada tanggal 9 Januari 1957 Tong bertobat dan menyerahkan hati dan hidupnya kepada Tuhan, dalam sebuah KKR yang dipimpin oleh Pdt. Andrew Gih. Sesudah pertobatannya tersebut, Tong mulai berkotbah dan mengajar anak-anak kecil di sekolah-sekolah Protestan, dan memberitakan Injil kepada siapapun yang ia temui. Tahun 1960, Tong masuk SAAT Malang untuk digembleng menjadi prajurit Kristus sebagaimana doa ibunya. Setelah lulus, sejak tahun 1964-1988, Tong menjadi dosen filsafat dan teologi di almamaternya dan menjadi dosen tamu di beberapa STT di Hong Kong, Taiwan, AS dan beberapa negara lainnya. Tahun 1985, Tong mendapat gelar Doktor kehormatan dalam bidang Kepemimpinan dari  La Madrid International Academy of Leadership, Filipina. Dan gelar Doktor kehormatan “Doctor of Divinity” (DD) dari Wesminster Theological Seminary, Philadelphia, AS.

 

Tong telah mulai berkotbah sejak berumur 17 tahun. Tahun 1982 Tong ditahbiskan sebagai seorang pendeta. Pelayanan Tong pertama-tama sebagian besar ditujukan bagi masyarakat Cina kemudian kepada semua suku bangsa di Indonesia. Untuk mendukung pelayananan dan misinya Stepehen Tong mendirikan Stephen Tong Evangelistic Ministries International (STEMI), pada tahun 1979, kantor-kantor cabangnya ada di AS, negara-negara Eropa, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Sebagai seorang Penginjil, Tong telah berkotbah di Asia, Eropa, Australia dan Amerika. KKR yang dipimpinnya selalu dipenuhi banyak orang. Tong dianggap sebagai salah seorang teolog besar aliran Reformed (Reformasi). Dia menjadi anggota Komisi Teologi Persekutuan Reformed Sedunia untuk merumuskan Konfesi Iman Reformed di abad 21. Tong juga menjadi salah seorang konsultan di lembaga Persekutuan Injili Sedunia. Gaya kotbahnya yang berapi-api, penuh humor, inspiratif, retorik, blak-blakan,  sangat menggebrak, menantang (konfrontatif) dan berkadar filsafat yang tinggi mampu membuat setiap pendengarnya dari semua kalangan “terbakar”, tersengat, tertawan dan termotivasi bagi Kristus.dan InjilNya.

 

Stephen Tong mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) pada tahun 1989. Gerejanya berbasis teologi Reformed dan jemaatnya berkomitmen pada penginjilan. GRII bahkan telah berkembang sampai ke Jerman, Australia, Asia, Amerika Utara, dan tentunya di banyak kota-kota besar di Indonesia. Saat ini Tong menjadi Ketua Sinode GRII. Salah satu doa dan impiannya untuk membangun sebuah rumah Tuhan yang besar (mega-church) telah terkabulkan. Setelah bergumul dan berjuang selama 16 tahun, Tong akhirnya berhasil mendirikan Katedral Mesias di daerah Kemayoran, Jakarta, pada tahun 2008 Gereja ini merupakan salah satu gereja Protestan terbesar di Indonesia, yang dapat menampung 4800 orang, dan didirikan di atas lahan 5,6 Ha. Di atas lahan ini juga Tong mendirikan STT Reformed Injili Internasional, Sekolah Kristen Calvin (SD-SMA) dan mendirikan Aula Simpfonia Jakarta yang dapat menampung 1200 orang.

 

Apa yang membuat Stephen Tong begitu antusias, giat, tak kenal lelah, tak kenal kompromi dan tetap setia dalam memajukan pekerjaan Tuhan di Indonesia dan di luar negeri? Apa yang mendorong Stephen Tong begitu gigih memperjuangkan keyakinannya, ideologinya, visinya dan misinya kepada dunia dan kepada kekristenan di Indonesia khususnya?

 

Tuhan telah memilih dan mengurapi Stephen Tong (dan hamba-hamba Tuhan Injili lainnya) untuk menjadi Nabi dan apoleget besar bagi kekristenan di Indonesia dalam menegakkan kebenaran Firman Tuhan dan melawan nabi-nabi palsu, guru-guru palsu dan ajaran-ajaran beracun maut yang banyak menyusup ke dalam Gereja Tuhan. Kekristenan dan Gereja tidak hanya diserang dari luar, tetapi juga sedang “dihancurkan” dan “ditikam” dari dalam. Pada awal abad XX sampai pertengahan abad XX pusat Kristen sedunia (Eropa) telah dihancurkan oleh Iblis. Negara-negara Eropa hancur berantakan dilanda perang dunia. Eropa Timur dikuasai Komunisme, sedang Eropa Barat dikuasai Sekularisme, Humanisme, Hedonisme, Atheisme dan Evolusionisme. Kekristenan tersisihkan karena sudah ditinggalkan oleh orang Eropa. Kekristenan juga dilumpuhkan dari dalam oleh teologi Liberal. Ratusan juta orang Kristen Eropa murtad menjadi komunis, atheis, skeptis dan nihilis. Gereja dan kekristenan menjadi barang antik (museum).

 

Dalam keadaan krisis seperti ini, Tuhan senantiasa membangkitkan Nabi-nabiNya untuk “berperang” melawan serigala-serigala berbulu domba yang menyusup ke dalam tubuh Kristus. Perangpun diproklamasikan. Nabi-nabi ini adalah para revivalis, para tokoh kebangunan rohani yang berdiri di garis paling depan dalam membela kekristenan yang alkitabiah dan injili sebagaimana diajarkan para Reformator. Para teolog dan hamba-hamba Tuhan Protestan yang konservatif dan injililah yang bisa melawan teologi dan ajaran-ajaran sesat, melawan roh-roh jahat, melawan “roh kudus palsu” yang menyusup ke dalam gereja Tuhan. Teologi Protestan, khususnya Teologi Reformed (Teologi Reformasi)lah yang melahirkan Gerakan Injili sedunia dan yang dapat melawan musuh-musuh Kristen, baik ancaman/serangan dari dalam maupun dari luar, baik secara intelek maupun secara kuasa Firman Tuhan.

 

Dengan semangat ketaatan dan kesetiaan kepada Firman Tuhan sebagai standar acuan pergerakan/peperangan, Teologi Reformasi berusaha membangun dan menduduki dunia dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan yang kokoh. Teologia Reformasi adalah gerakan pemikiran yang ingin menaklukkan seluruh wawasan pemikiran dunia (filsafat dan idiologi) di bawah kaki Kristus dengan kausa Firman Tuhan.Teologi Reformasi berjiwa perang dan konfrontatif terhadap semua paham yang tidak mau tunduk kepada otoritas Firman Tuhan. Semangat Teologia Reformasi inilah yang bisa dan telah memelihara dan membangkitkan kembali kekristenan dari kehancuran/degradasi total akibat pengaruh teologi liberal.

 

Dengan keyakinan yang kokoh terhadap Kristus dan pemahaman yang benar, rasional, sistimatis  dan terpadu akan iman Kristen, dan didorong oleh semangat suci untuk mempermuliakan Allah, Tong membangun sebuah Gerakan dan Front iman bernama Gerakan Reformed Injili. Tong menjadi konseptor, pemikir, pemimpin, ideolog, orator, komunikator dan inspirator bagi gerakan ini. Tujuan Gerakan ini hanya satu yaitu untuk membela, mempertahankan dan memajukan iman Kristen Protestan yang alkitabiah, konservatif dan transformatif untuk kemuliaan Tuhan dan kemajuan bangsa, umat dan gereja.

 

Bersama dengan para hamba Tuhan yang masih setia dan komit terhadap teologia Protestan yang Injili, Tong menggelorakan, menggaungkan dan merevitalisasi Api Reformasi Protestan, semangat misi-penginjilan, dan konfrontasi terhadap musuh-musuh rohani Injil. Ratusan ribu murid Tong kelak akan melanjutkan estafet kepemimpinan untuk waktu 50 tahun kedepan. Terima-kasih Pak Tong atas teladan dan spirit yang engkau wariskan bagi generasi muda Kristen Indonesia. Semoga Tuhan memberikan umur yang panjang sampai 95 tahun lebih seperti Billy Graham untuk menyaksikan kebangunan/kebangkitan ratusan ribu prajurit Kristus yang tangguh-tangguh seperti Pak Tong. Tuhan senantiasa memberkatimu Pak Tong, sang Revivalis Protestan! Amin.

Oleh: Hotben Lingga

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here